<p>Foto: Twitter</p>

Sempat Viral, Sebenarnya Binatang Apa Yang Disebut Kelelawar Raksasa Ini?

  • JAKARTA-Bumi telah lama menjadi rumah bagi megafauna besar yang mengejutkan. Lihat saja penguin monster yang menjelajahi Selandia Baru atau sloth raksasa yang berjalan di sekitar Amerika Selatan. Di zaman yang lebih modern, binatang buas besar ini langka, tetapi mereka masih ada. Beberapa waktu lalu dunia maya dibuat ramai dengan foto yang menunjukkan sebuah kelelawar yang […]

Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA-Bumi telah lama menjadi rumah bagi megafauna besar yang mengejutkan. Lihat saja penguin monster yang menjelajahi Selandia Baru atau sloth raksasa yang berjalan di sekitar Amerika Selatan.

Di zaman yang lebih modern, binatang buas besar ini langka, tetapi mereka masih ada. Beberapa waktu lalu dunia maya dibuat ramai dengan foto yang menunjukkan sebuah kelelawar yang disebut seukuran manusia.  

Secara resmi sebenarnya binatang itu disebut sebagai flying fox atau rubah terbang. Terlepas dari nama, rubah terbang sebenarnya adalah kelelawar yang termasuk dalam genus Pteropus dan merupakan biantang yang berasal dari tempat-tempat iklim tropis termasuk Asia, Afrika timur, dan Australia.

Tetapi meski memang besar, rubah itu tidak sampai seukuran manusia. Binatang ini biasanya memiliki bentang sayap 5 kaki.  Jika terlihat di foto terlihat ekstra besar itu karena perspektif yang merupakan ilusi optik yang dapat membuat objek dalam foto terlihat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran aslinya. Ini biasanya terjadi ketika subjek utama foto berada di depan latar belakang.

Popular Mechanics menyebut sampai saat ini tidak ada spesies rubah terbang yang cukup besar seperti manusia dewasa.

Megabats atau kelelawar raksasa ini bagian dari subordo Megachiroptera dan memang terlihat menakutkan, tetapi mereka cukup jinak.  Mereka juga frugivora dengan makan yang terdiri dari serbuk sari, nektar, buah-buahan, dan flora lainnya.

Pada kesempatan langka, rubah terbang mungkin memakan serangga jika kebetulan menemukan satu atau menangkapnya secara tidak sengaja selama penerbangan.

Rubah terbang juga sangat berbeda dengan kelelawar. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan ekolokasi karena mereka tidak memerlukan sonar internal untuk melacak makanan mereka. Sebaliknya, mereka menggunakan penglihatan dan indra penciuman yang sangat baik untuk menemukannya.

Satu-satunya bahaya yang ditimbulkan rubah terbang bagi manusia adalah kemungkinan penularan dan penyebaran penyakit yang mungkin mereka alami. Tetapi karena rubah terbang tidak menyerang, maka orang tidak perlu menangkap atau mengusir mereka serta lebih baik mereka dibiarkan sendirian.