Sentil Crazy Rich yang Senang Flexing, Konglomerat Dato Sri Tahir: That’s Rubbish
- Dato Sri Tahir, pengusaha yang masuk ke jajaran orang terkaya Indonesia versi Forbes, menyentil fenomena crazy rich yang kerap melakukan flexing atau pamer kekayaan di media.
Industri
JAKARTA – Dato Sri Tahir, konglomerat pengusaha yang masuk ke jajaran orang terkaya Indonesia versi Forbes, menyentil fenomena crazy rich yang kerap melakukan flexing atau pamer kekayaan di media.
Sentilan itu disampaikan oleh Tahir melalui kanal YouTube putrinya, Grace Tahir, yang sempat memarodikan Indra Kenz dalam salah satu videonya.
Grace Tahir meminta pendapat ayahnya soal “Indri Benz” yang dimaksudkan sebagai Indra Kenz. Indri Benz sendiri adalah nama yang digunakan Grace untuk memarodikan Indra Kenz dalam videonya yang sempat viral beberapa waktu lalu.
- Jangan Dilewatkan, Inilah Keuntungan Berinvestasi di Usia 20-an
- Hati-Hati! Aplikasi Edit Foto Jadi Kartun Ini Bisa Curi Password Facebook Anda
- Menyambut Situasi Booming Properti Usai Pandemi
Tahir pun mengatakan bahwa ia baru tahu nama Indra Kenz setelah anaknya memarodikan pria yang dijuluki orang-orang sebagai crazy rich asal Medan dan saat ini menyandang status sebagai tersangka dalam kasus penipuan binary option Binomo.
Menurut Tahir, flexing yang dilakukan oleh crazy rich adalah perbuatan yang tidak berguna. Tahir pun menyampaikan pesan agar anak-anak muda tidak mengejar kekayaan dengan cara instan akibat terpengaruh oleh flexing.
"Don't follow that kind of life, that's rubbish. You have to work hard, you have to be sweating (jangan ikuti gaya hidup itu, itu sampah. Anda harus bekerja keras, anda harus berkeringat),” ujar Tahir dalam video di kanal YouTube Grace Tahir yang dikutip Minggu, 27 Maret 2022.
- 4 Rekomendasi Pariwisata Lewat Jalan Tol Gempol-Pandaan
- Dari Investasi Kripto, Pria Berusia 23 Tahun Bisa Membeli Apartemen Senilai Rp4,5 Miliar
- Ternyata Ada Empat Kerajaan King Kobra di Dunia
Tahir pun menjelaskan apa saja yang bisa membentuk dirinya sehingga menjadi orang yang sukses dalam bisnis. Menurut Tahir, setidaknya ada empat faktor yang berpengaruh. Yang pertama adalah ibadah.
“Ibadah ini beda dengan agama. Ibadah tidak dilihat oleh manusia karena berhubungan langsung dengan Sang Pencipta,” ujar Tahir.
Faktor yang kedua adalah menjaga keharmonisan keluarga, salah satunya dengan mendidik anak untuk menjadi orang baik, entah itu kepada orang tua maupun orang lain.
Faktor yang ketiga menurut Tahir adalah karier. Menurut Tahir, seseorang yang dalam kariernya berupaya untuk mempengaruhi orang lain seperti yang dilakukan oleh para crazy rich melalui flexing bukanlah sebuah karier.
"Karier artinya bukan deal maker, seperti yang disebut crazy rich-crazy rich belakangan ini," kata Tahir.
Menurut Tahir, karier yang sesungguhnya adalah upaya untuk membangun ekosistem yang berguna pada masyarakat dan bukan fokus kepada pencarian cara untuk membuat uang banyak.
"Banyak crazy rich akhir-akhir ini bilang How I make money. How I make billion and billion. Bukan, itu bukan karier. Karier itu platform yang you bentuk, menciptakan lapangan kerja, friendly pada ekosistem, berguna pada masyarakat,” papar Tahir.
Faktor keempat adalah social work yang berkaitan dengan upaya untuk mendorong diri sendiri agar bisa selalu memberikan manfaat bagi orang lain.
- Maret Diprediksi Inflasi, Komoditas Jadi Biang Kerok
- Jangan FOMO, Inilah Tips Berinvestasi Untuk Usia 20-an
- Tidak Kalah dari Indra Kenz, Inilah 5 Orang yang Rela Berbohong untuk Pamer Harta Kekayaan
Sebagai informasi, Dato Sri Tahir adalah pengusaha, investor, filantropis, dan pendiri Mayapada Group, holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia.
Unit usaha grup Mayapada meliputi perbankan, media cetak, televisi berbayar, properti, rumah sakit, hingga rantai toko bebas pajak /duty free shopping (DFS).
Majalah Forbes mencatat Dato Sri Tahir di peringkat ke-16 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Di tahun itu, tercatat kekayaan Tahir mencapai US$2,5 miliar atau setara dengan Rp35,8 triliun dalam asumsi kurs Rp14.341 per dolar AS.