Sentimen Anti-Jepang di China Bikin Penjualan Skincare SK-II Anjlok
- Atas raport merah tersebut, para eksekutif perusahaan menyalahkan lambannya pemulihan ekonomi China dan ketegangan antara kedua negara.
Dunia
JAKARTA - Adanya sentimen anti-Jepang di China membuat penjualan produk perawatan kulit atau skincare SK-II anjlok. Penjualan produk dari brand yang dimiliki Procter & Gamble ini tercatat anjlok hingga 43% pada periode Oktober dan Desember tahun lalu.
Atas raport merah tersebut, para eksekutif perusahaan menyalahkan lambannya pemulihan ekonomi China dan ketegangan antara kedua negara.
Seperti diketahui, tahun lalu, Jepang mulai membuang air radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang terkena tsunami pada 2011. Salah satu negara yang menentang keras langkah ini, China menetapkan kebijakan larangan impor semua produk laut dari Jepang, meskipun PBB mengkonfirmasi keamanannya.
Meskipun PBB telah mengkonfirmasi keamanan langkah ini dan ilmuwan meyakinkan bahwa dampak lingkungan dari air yang diolah tersebut kecil, disinformasi yang beredar telah memicu ketakutan di China.
- Kepala WHO: Segera Hentikan Penderitaan di Gaza
- KPK Tetapkan 3 Tersangka Sistem Proteksi TKI Kemnaker
- Tak Semua Orang Sama, Berikut 6 Jenis Cara Berkomunikasi Menurut Pakar
Tak hanya produk laut, konsumen juga mulai melakukan boikot terhadap merek Jepang, termasuk SK-II milik P&G. Sekolah-sekolah di Jepang bahkan harus menghadapi teror pelemparan batu, dan bisnis di Fukushima menerima ratusan teror panggilan telepon.
Dikutip dari BBC, eksekutif P&G menyatakan bahwa penjualan SK-II sudah mulai membaik dalam beberapa bulan terakhir. Chief Financial Officer, Andre Schulten, mengatakan bahwa riset konsumen menunjukkan sentimen positif terhadap merek SK-II, dan mereka berharap melihat peningkatan penjualan pada semester kedua tahun ini.
Ini bukan kali pertama SK-II atau merek Jepang menghadapi boikot di China. Pada tahun 2012, protes anti-Jepang di seluruh China menyebabkan berhentinya produksi di pabrik mobil Jepang, termasuk Toyota, Honda, dan Nissan. Perusahaan Jepang lainnya, seperti Sony, Uniqlo, dan Aeon, juga terkena dampak.
CEO P&G, Jon Moeller, menyebutkan bahwa ketegangan sebelumnya juga pernah merugikan penjualan SK-II, namun merek tersebut selalu pulih.