Sentimen dari AS dan China Bercampur Aduk, Kripto Bitcoin dkk Bergerak Mendatar
- Menurut pantauan Coin Market Cap, Kamis, 2 Maret 2023 pukul 11.00 WIB, Bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir mengalami kenaikan 0,26%.
Pasar Modal
JAKARTA - Bitcoin dan aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar lainnya bergerak mendatar pada perdagangan hari ini di tengah sentimen-sentimen yang bercampur aduk.
Menurut pantauan Coin Market Cap, Kamis, 2 Maret 2023 pukul 11.00 WIB, Bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir mengalami kenaikan 0,26%.
Pada pantauan tersebut, Bitcoin menempati posisi harga US$23.512 atau setara dengan Rp358,55 juta dalam asumsi kurs Rp15.250 per-dolar Amerika Serikat (AS).
- 7 Rekomendasi Film dengan Rating Tertinggi Versi IMDb
- Schroders: Keuntungan Ekspansi Bisnis PGE Baru Bisa Dinikmati 5 Tahun Lagi
- Indonesia-Malaysia Bangun PLTA Mentarang Rp40 Triliun, Jokowi Pastikan Konstruksi Selesai 5 Tahun
Sementara itu, Ethereum (ETH) mencatat penguatan 0,76%, Ripple (XRP) 0,52%, dan Binance USD (BUSD) 0,01%. Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) bergerak stagnan.
Aset-aset di jajaran 10 besar lainnya mencatat penurunan, yang mana Binance Coin (BNB) tercatat melemah 1,25%, Cardano (ADA) 0,13%, Dogecoin (DOGE) 1%, dan Polygon (MATIC) 0,42%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, aset kripto didukung oleh oleh menguatnya aktivitas manufaktur China yang berkembang pada laju tercepat dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
"Aktivitas manufaktur berkembang pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade pada bulan Februari, mengkonfirmasikan bahwa pemulihan ekonomi di China memperoleh momentum selama sebulan terakhir setelah negara tersebut melonggarkan sebagian besar tindakan anti-COVID pada bulan Januari," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Kamis, 2 Maret 2023.
Untuk diketahui, indeks manajer pembelian (purchasing manager index/PMI) China tercatat di level 52,6 pada Februari 2023, naik drastis dari 50,1.
Perkembangan tersebut memang dapat ditandai sebagai sentimen positif untuk aset-aset berisiko dan potensi keluarnya investor dari aset-aset safe haven seperti dolar AS.
Namun, di sisi lain, data PMI manufaktur AS yang menunjukkan kenaikan pun ditandai sebagai indikasi kenaikan inflasi seperti yang dikatakan oleh Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra.
Menurut Ariston, dengan meningkatnya PMI manufaktur AS Februari ke level 47,7% dari 47,4% pada bulan Januari, terindikasi bahwa biaya yang harus dibayarkan perusahaan manufaktur dalam aktivitasnya pun mengalami peningkatan.
- 5 Cara Membuat Rumah Anda jadi Tempat yang Aman untuk Masa Tua
- Bill Gates Miliki Saham Bir Heineken Sebesar Rp13 Triliun Meski Tak Suka Minuman Keras
- Mulai Tayang di Bioskop Indonesia, Ini Sinopsis The First Slam Dunk
"Mengindikasikan inflasi bakal naik," kata Ariston kepada TrenAsia, Kamis, 2 Maret 2023.
Dengan adanya indikasi kenaikan inflasi, peluang The Federal Reserve (The Fed) untuk mengambil langkah agresif dalam pengetatan kebijakan moneternya pun semakin terbuka.
Dengan demikian, sentimen yang mendorong penguatan dolar AS pun turut bertumbuh seiring dengan tumbuhnya pula selera terhadap aset berisiko karena aktivitas manufaktur China yang meningkatkan optimisme akan pemulihan ekonomi di negeri Panda.