Sepanjang 2022, Bukit Asam (PTBA) Raup Laba Bersih Rp12,56 Triliun
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil membukukan laba bersih senilai Rp12,56 triliun, melonjak 58,9% per 31 Desember 2022. Jika dibanding tahun 2021 yang hanya mencapai Rp7,90 triliun.
Nasional
JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil membukukan laba bersih senilai Rp12,56 triliun, melonjak 58,9% per 31 Desember 2022 jika dibanding tahun 2021 yang hanya mencapai Rp7,90 triliun.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan, kenaikan laba bersih ini ditopang oleh pendapatan perseroan yang meningkat sebanyak 45,75% menjadi Rp42,64 triliun dari sebelumnya di angka Rp29,26 triliun pada 2021.
"Di tahun 2022, PTBA telah berhasil mencapai target kinerja keuangan perusahaan terbaik sepanjang PTBA berdiri, suatu pencapaian yang patut kita syukuri dan kita banggakan bersama," katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 3 Maret 2023
- Bukan Waralaba Jepang, HokBen Ternyata Berasal dari Kebon Kacang
- Eksperimen 4 Hari Kerja di Inggris Tuai Hasil Menggembirakan
- Elon Musk Kembali Terdepak Setelah Dua Hari Jadi Orang Terkaya Dunia
Batu bara menjadi segmen utama yang mendorong pendapatan jumbo perseroan ini, senilai Rp42,09 triliun. Berdasarkan lokasi geografis, Indonesia menempati posisi pertama penjualan PTBA senilai Rp16,45 triliun. Penjualan tertinggi berikutnya disusul di lokasi India senilai Rp8,42 triliun, Korea senilai Rp3,78 triliun, Tiongkok senilai Rp3,47 triliun dan Italia senilai Rp2,6 triliun.
PTBA mencatatkan penjualan di Jepang senilai Rp2,47 triliun, Thailand senilai Rp2,19 triliun, Kamboja senilai Rp1,03 triliun, Taiwan senilai Rp849,6 miliar, Malaysia senilai Rp546,52 miliar, Vietnam senilai Rp445,54 miliar dan Vietnam senilai Rp140,46 miliar.
Arsal mengatakan pada 2023 adalah tahun yang penuh tantangan dan peluang. Perubahan terjadi dengan sangat cepat. Ketidakpastian global, kondisi geopolitik dunia, perkembangan teknologi, serta isu lingkungan perlu diantisipasi.
Meski begitu, beban pokok melambung 56,44% menjadi Rp24,68 triliun, salah satunya biaya domestic market obligation (DMO) naik menjadi Rp130,82 miliar dari Rp3,07 miliar di 2021.