Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Tangerang, Kamis 29 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Sepi Peminat, BRI Setop Penawaran Obligasi Senilai Rp20 Triliun

  • Berbanding terbalik dengan kesuksesan rights issue, obligasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sepi peminat.
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Usai melaksanakan penambahan modal melalui skema rights issue, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melanjutkan strategi penarikan dana melalui penerbitan obligasi senilai Rp20 triliun. 

Berbanding terbalik dengan kesuksesan rights issue, Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) III ini tidak dicaplok ramai oleh investor. Walhasil, BBRI baru menyerap dana Rp5 triliun hingga akhirnya memutuskan untuk menghentikan penawaran.

“Putusan untuk menghentikan PUB Obligasi Berkelanjutan III terhitung mulai tanggal 29 Oktober 2021,” ucap Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 2 November 2021.

Emiten pelat merah ini beralasan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang progresif pada tahun ini membuat likuidasi perseroan terpenuhi. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2021, DPK BRI menyentuh Rp1.135,31 triliun atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1.131,93 triliun.

Tidak hanya itu, dana hasil rights issue BRI yang terserap hingga Rp95,9 triliun diklaim Aestika mumpuni untuk menopang likuiditas dalam rangka menggenjot penyaluran kredit. 

“Hasil Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu meningkatkan likuiditas Perseroan,” jelas Aestika.

Sebagai informasi, rights issue emiten pelat merah ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Rights issue ini merupakan langkah awal BRI untuk menjadi induk Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro.

BRI kini mengempit 99,99% saham di PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Meski penarikan dana memalui skema penerbitan obligasi tidak sepenuhnya berhasil, BRI tetap menaruh proyeksi penyaluran kredit di kisaran 6%-7% year on year (yoy) pada 2021.

"Bagi BRI sumber pertumbuhan ada dua, pertama nasabah eksisting yang kita ikuti dan bina, kita naikkan kelasnya dan akan jadi potensial loan demand tersendiri," kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers minggu lalu.

Hingga kuartal III-2021,total kredit BRI secara konsolidasi sebesar Rp1.026,42 triliun atau meningkat 9,74% yoy dari posisi sebelumnya Rp935,35 triliun.

Pertumbuhan kredit yang hampir mencapai double digit ini turut mendongkrak Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI menjadi 83,27%. Kendati demikian, Sunarso mengaku LDR saat ini masih kurang optimal.

“LDR di kisaran normal 90%-92%. Ini adalah pekerjaan rumah untuk perbankan untuk meningkatkan kredit lagi. LDR di bawah 90% menurut saya belum optimal, perlu kita dorong terus penyaluran kredit,” tegas Sunarso.

Kinerja intermediasi yang meningkat serta adanya entitas bisnis baru mendorong total aset BRI melejit hingga 11,87% yoy. Total aset BRI menggunung dari Rp1.447,85 triliun menjadi Rp1.619,77 triliun. 

HIngga kuartal III-2021 ini, permodalan BRI yang tampak dari  Capital adequacy ratio (CAR)  parkir di level 24,54%. “Modal dan pencadangan kita akan terus perkuat, kami tidak ingin foya-foya  membukukan pendapatan ke laba. Harus kita salurkan untuk perkuat dua aspek itu,” ucap Sunarso.