Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia
Energi

Serangan Balik Bahlil Ke Tom Lembong Soal Baterai LFP

  • Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut, pernyataan Thomas T. Lembong terkait wacana pengembangan baterai kendaraan listrik yang kini beralih ke bahan besi atau Lithium Ferro Phosphate (LFP) dinilai tak masuk akal.
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA  - Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut, pernyataan Thomas T. Lembong terkait wacana pengembangan baterai kendaraan listrik yang kini beralih ke bahan besi atau Lithium Ferro Phosphate (LFP) dinilai tak masuk akal.

Bahlil mengatakan, bahwa wacana itu justru salah dan cenderung melemahkan upaya hilirisasi yang tengah digenjot pemerintah. Di mana hilirisasi bijih nikel domestik yang saat ini diarahkan untuk membangun industri baterai terintegrasi berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC).

"Tidaklah benar kalau ada mantan pejabat atau pemikir ekonomi atau siapa pun yang mengatakan bahwa nikel tidak lagi menjadi bahan yang dikejar-kejar investor," kata Bahlil dalam Konpers Realisasi Investasi Kuartal IV di Kementerian BKPM pada Rabu, 24 Januari 2024.

Dia menyayangkan keterangan Tom Lembong yang kini jadi Co-Captain Timnas Pasangan Capres-Cawapres AMIN ihwal industri kendaraan listrik yang bermigrasi menggunakan baterai LFP ketimbang NMC.

Bahlil membandingkan bahwa teknis baterai NMC dan LFP sangat berbeda, dari performa jarak NMC mampu mencapai jarak yang lebih jauh lebih dari 1.000 km. Pengisian daya fast charging sedikit di bawah NMC.

Lebih lanjut dari sisi performa tenaga LFP memiliki kapasitas yang lebih rendah yaitu 3,2 volt dan kurang bekerja dengan baik pada kondisi musim dingin sedangkan NMC memiliki kapasitas 3,5 hingga 3,7 volt yang dapat bekerja baik dalam kondisi musim dingin.

Harga rata rata bateai LFP di angka US$70-80 per Kwh lebih murah dari pada baterai NMC yang masih di angka US$90-100 per kwh.

Bahlil mengatakan pemerintah telah mengamankan investasi baterai kendaraan listrik di dalam negeri mencapai US$42 miliar  atau sekitar Rp630 triliun dari program hilirisai nikel.  Berdasarkan peta pasar yang dihimpun BKPM, produsen baterai NMC saat ini berasal dari CATL, LG, Samsung SDI, SK Innovation, Envision, Northvolt, Farasis, Verkor dan PowerCo.  

Sementara, pabrikan mobil yang masih menggunakan baterai NMC itu di antaranya Tesla, Hyundai, VW, Ford, Volvo dan BMW. Peta pasar itu relatif seimbang dengan produsen baterai dan pabrikan mobil baterai LFP.  Produsen baterai LFP di antaranya BYD, CATL, Gotion, SK Innovation dan beberapa perusahaan di China. Sementara pabrikan mobil pengguna baterai LFP di antaranya BYD, Wuling, Chery, Tesla, dan Ford.