Serba-Serbi Hubungan dengan Perbedaan Usia
- Hubungan dengan perbedaan usia memang wajar dan bukan sebuah fenomena yang baru. Namun, tak jarang fenomena ini dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Rumah & Keluarga
JAKARTA - Hubungan dengan perbedaan usia memang wajar dan bukan sebuah fenomena yang baru. Namun, tak jarang fenomena ini dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Seseorang yang memutuskan berhubungan dengan orang lain dengan perbedaan usia kerap dicap sebagai “gold digger” (menjalin hubungan untuk uang alih-alih cinta), “cougar” ( perempuan yang berhubungan dengan pria berusia jauh lebih muda untuk tujuan seksual), dan “manther” (pria paruh baya yang memacari perempuan berusia jauh di bawahnya).
Meski begitu, banyak pihak berpendapat hubungan yang tidak sesuai dengan pola tradisional harus tetap dihormati. Karena definisi hubungan yang ideal terus bertransformasi dan berkembang dari waktu ke waktu.
Berikut ini TrenAsia.com merangkum serba-serbi hubungan dengan perbedaan usia dari berbagai sumber.
- OJK Rilis Aturan Bunga dan Denda untuk Fintech Lending, Berikut Rinciannya
- Citi Indonesia Taksir Kenaikan Suku Bunga BI Tak Akan Agresif
- Emiten Orang Terkaya Nomor 1 Indonesia, BREN Siap Tebar Dividen Interim Rp523,41 Miliar
Dalam penelitian tahun 2012 yang diterbitkan di Human Nature, psikolog evolusioner Sascha Schwarz dan Manfred Hassebrauck menulis, “Kemampuan untuk bereproduksi tidak sama sepanjang umur. Wanita tidak dapat melahirkan anak sendiri setelah masa menopause. Berbeda dengan perempuan, laki-laki tidak secara langsung dibatasi secara biologis dalam kemampuan reproduksinya.”
Tidak mengherankan juga jika perempuan lebih memilih laki-laki yang mampu menginvestasikan sumber dayanya untuk mengasuh anak. Schwarz dan Hassebrauck menyatakan, “Perempuan berinvestasi lebih banyak pada keturunannya (misalnya, kehamilan) dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu, perempuan lebih memilih hubungan yang berkomitmen dan bertahan lama serta mencari pasangan yang mampu dan mau berinvestasi pada diri mereka dan calon keturunan mereka.”
Hal ini membuat fenomena hubungan di mana lebih banyak terdapat pasangan dengan laki-laki yang berusia lebih tua.
Perempuan yang lebih muda memiliki kesehatan reproduksi yang lebih baik dan laki-laki yang lebih tua cenderung memiliki lebih banyak sumber daya untuk berinvestasi pada keluarga dan anak-anak mereka.
Sebuah studi klasik tahun 1945 menemukan bahwa pria lebih memilih pasangan yang usianya sekitar 2,5 tahun lebih muda, sedangkan wanita lebih memilih pasangan yang berusia sekitar 3,5 tahun lebih tua. Penelitian terbaru telah meniru pola ini.
Penelitian lain yang diterbitkan tahun 2012 menunjukkan bahwa laki-laki, rata-rata, menerima hubungan dengan perempuan hingga sekitar 10 tahun lebih muda dan 4,5 tahun lebih tua. Sebaliknya, perempuan menerima hubungan dengan laki-laki yang berusia 8 tahun lebih tua dan 5 tahun lebih muda.
Namun penelitian juga menunjukkan bahwa bagaimana batasan “yang dapat diterima” ini berubah seiring bertambahnya usia.
“Seiring bertambahnya usia pria, mereka menerima wanita yang lebih muda, namun rentang usia yang mereka toleransi dalam hal pasangan tertua yang akan mereka terima tidak ada hubungannya dengan usia mereka,” kata para peneliti.
“Di sisi lain, perempuan cenderung menerima laki-laki yang lebih muda seiring bertambahnya usia, namun pasangan tertua yang akan mereka terima semakin berkurang seiring bertambahnya usia.” lanjut peneliti.
Menurut penulis, perempuan cenderung tidak menjalin hubungan dengan pria yang lebih tua seiring bertambahnya usia karena umur panjang lebih menguntungkan perempuan, bukan laki-laki. Di Jerman, misalnya, rata-rata harapan hidup perempuan lima tahun lebih lama dibandingkan laki-laki.