Khalifa International Stadium
Dunia

Serial Piala Dunia 2: Perekonomian Qatar Diramalkan Tumbuh 3,4 Persen pada 2022 dan 2023

  • Ramalan para ekonom dunia menyebut perekonomian Qatar akan tumbuh 3,4% pada tahun 2022 dan 2023 akibat dari gelaran Piala Dunia 2022.

Dunia

Feby Dwi Andrian

JAKARTA - Ramalan para ekonom dunia menyebut perekonomian Qatar akan tumbuh 3,4% pada tahun 2022 dan 2023 akibat dari gelaran Piala Dunia 2022.

Namun, hal tersebut tak akan bertahan lama. Perekonomian Qatar akan melambat kembali menjadi 1,7% pada tahun 2024.

Dilansir dari Wilson Center, tantangan yang akan didapat Qatar setelah gelaran Piala Dunia 2022 adalah memanfaatkan investasi infrastruktur yang substansial untuk mempertahankan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

"Setelah gelaran Piala Dunia 2022, pemerintah Qatar berencana untuk berinvestasi di luar turnamen dengan tujuan mencapai visi nasional pada tahun 2030 mendatang," seperti dikutip dalam Wilson Center, Senin, 31 Oktober 2022.

Namun, bisa dipastikan pembangunan infrastruktur Qatar pasca gelaran Piala Dunia 2022 akan dibayangi dengan penurunan permintaan dan juga pengurangan pemanfaatan dari bangunan maupun stadion yang dibangun setelah gelaran tersebut.

Terlepas dari kekhawatiran itu, pemerintah Qatar terus merancang strategi agar infrastruktur pasca gelaran empat tahunan tersebut tidak terbengkalai begitu saja dan tetap memberi manfaat ekonomi di luar Piala Dunia.

Strategic Advisor for The Supreme Committee Delivery & Legacy Qatar, Zaid Mosawy membeberkan bahwa beberapa pembangunan stadion yang dikerjakan untuk Piala Dunia 2022 dimaksudkan untuk memiliki dampak jangka panjang pada komunitas lokal.

Adapun stadion yang memiliki kapasitas 40.000 kursi akan diperkecil menjadi 20.000 kursi untuk mendukung sepak bola lokal. 

Kemudian pemerintah Qatar juga akan mengubah stadion yang lebih kecil menjadi fasilitas pendidikan, medis serta komersial dan ruang serba guna.

Inisiatif atas investasi berkelanjutan Qatar tersebut akan memperluas beberapa peluang baru dalam hal transportasi, komersial dan juga ekonomi.

Kemudian, adapun kunci strategis untuk memanfaatkan infrastruktur pasca gelaran Piala Dunia 2022 nantinya adalah perlu dibentuk suatu integrasi dari pemerintah Qatar, yang mencakup kebijakan nasional, inisiatif serta proyek yang berada di bawah 'satu payung' besar.

Melalui lembaga tinggi Delivery & Legacy yang bertugas untuk mengawasi dan memusatkan perencanaan pada negara tersebut, Qatar berharap bisa menghindari permasalahan birokrasi yang dihadapi pada gelaran Olimpiade Rio pada 2016 silam.

"Piala Dunia kemungkinan besar akan memberikan efek yang berbeda terhadap Qatar. Acara ini menjanjikan sepenuhnya keuntungan ekonomi pada jangka pendek dan menengah," ungkap laporan Wilson Center.

Namun, dalam laporan tersebut, ada keraguan dari pemerintah Qatar untuk bisa memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun.

Dalam laporan tersebut disebutkan adanya perlakuan pemerintah Qatar terhadap pekerja migran dan juga pemerintah telah membatasi aspirasi kebijakan luar negeri yang telah diterapkan.

Namun, pemerintah Qatar mengklaim telah mempertimbangkan masalah itu dan menerapkan mekanisme untuk mengatasi hal tersebut, terutama dalam pembangunan infrastruktur dengan tujuan untuk digunakan kembali pada masa yang akan datang.

Adapun, kemampuan Qatar saat ini untuk memanfaatkan Piala Dunia 2022 untuk membantu pertumbuhan PDB-nya, bergantung pada tindakan pemerintah untuk menindaklanjuti rencana serta komitmen strategisnya.

Dengan beberapa rencana serta komitmen strategis yang akan Qatar terapkan, pemerintah setempat ingin menghindari keuntungan jangka pendek yang sudah dialami oleh tuan rumah dengan gelaran acara besar lainnya, termasuk pada Olimpiade Rio 2016.

Sebagai informasi, Berkaca pada gelaran Olimpiade di Rio pada 2016, gelaran tersebut menelan anggaran mulai dari US$2,9 miliar atau setara dengan Rp45,22 triliun untuk jalur kereta bawah tanah dan US$4 miliar atau Rp62,38 triliun untuk merenovasi distrik bersejarah. (Kurs Rp15,596)

Namun, hingga saat ini beberapa tempat yang menyelenggarakan kegiatan olahraga multievent akbar itu dilaporkan berantakan, dan taksiran keuntungan yang bisa didapat secara jangka panjang, tidak pernah terealisasi sama sekali.