Sering Bikin Salah Mengambil Keputusan, Apa Itu Sunk Cost Fallacy
- JAKARTA - Pernahkah Anda berkeinginan untuk memiliki karier yang sangat berbeda dengan latar belakang Anda selama ini namun terlalu sayang untuk meninggalkan pe
Gaya Hidup
JAKARTA - Pernahkah Anda berkeinginan untuk memiliki karier yang sangat berbeda dengan latar belakang Anda selama ini namun terlalu sayang untuk meninggalkan pekerjaan yang sekarang? Anda mungkin merasa apa yang sudah Anda lakukan selama ini menjadi sia-sia jika akhirnya mengambil karier yang jauh berbeda dengan apa yang selama ini Anda jalani. Apakah jurusan kuliah Anda menghambat Anda untuk mengambil karier yang jauh berbeda?
Atau sesederhana Anda merasa ingin mengakhiri hubungan dengan pasangan karena ketidakcocokan atau pasangan yang mulai toxic namun setelah mengingat banyaknya waktu yang telah kalian lalui bersama Anda mulai mengurungkan niat tersebut.
Mengapa bisa demikian? Hal ini ternyata karena kita mempertimbangkan sunk cost fallacy atau kekeliruan biaya hangus.
- Restrukturisasi Utang Waskita Beton (WSBP) ke Bank DKI Tidak Disetujui Pemegang Obligasi
- 7 Tips Gaya Hidup Sehat untuk Menjaga Kesehatan Keluarga
- Meeting Makin Lancar! Ini Cara Tingkatkan Kualitas Video di Google Meet
Definisi Sunk Cost Fallacy
Melansir dari laman website Very Well Mind pada Selasa, 27 Juni 2023, sunk cost fallacy adalah bias kognitif yang mambuat seserang merasa seolah-olah harus terus memberikan uang, waktu, dan tenaga untuk suatu situasi karena mereka telah "tenggelam" terlalu banyak di dalamnya.
Sunk cost fallacy membuat seseorang sulit meninggalkan sesuatu yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka karena mereka tidak ingin melihat sumber daya tersebut terbuang sia-sia.
Yalda Safai, seorang psikiater di New York mengatakan korban sunk cost fallacy kerap menganggap "dampak kerugian terasa lebih buruk daripada prospek keuntungan, jadi mereka akan terus mengambil keputusan berdasarkan biaya masa lalu, bukan biaya dan keuntungan masa depan".
Sunk cost fallacy bisa menjadi berbahaya karena membuat seseorang tidak dapat berpikir logis saat membuat keputusan seperti yang disebutkan National Institutes of Health (NIH), sunk cost fallacy mengarah pada pengambilan keputusan berbasis emosi yang tidak rasional, menyebabkan seseorang menghabiskan sumber daya tambahan di jalan buntu alih-alih menjauh dari situasi yang tidak lagi melayani Anda.
Bias kognitif ini dapat muncul saat Anda mengambil keputusan yang terkait dengan karier, hubungan pribadi, pendidikan, investasi keuangan, bahkan sesederhana mobil Anda yang terus-meneru Anda biayai meskipun sudah tidak bisa digunakan.
Anda mungkin akan menemukan kebimbangan di tengah jalan pengambilan keputusan antara harus tetap di jalur atau pergi karena garis pembedanya sangatlah tipis. Untuk hal ini Dr. Safai memiliki saran untuk Anda yaitu dengan mengevaluasi apa yang telah terjadi di masa lalu "Prediktor terbaik dari masa depan atau perilaku masa depan adalah masa lalu. Jika sampai saat ini hubungan, hobi, persahabatan, pekerjaan yang Anda miliki tidak memberi hal positif apa pun, kemungkinan besar hal tersebut juga tidak akan terjadi di masa depan".