Sering Salah Kaprah, Simak 5 Mitos Seputar Nutrisi
JAKARTA – Mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki pengetahuan yang baik terkait makanan dan nutrisi. Hal ini terungkap dari hasil survei Herbalife Nutrition Asia Pacific Nutrition Myths 2020. “Hanya empat dari sepuluh responden yang memiliki keyakinan kuat terhadap pengetahuan nutrisi mereka,” ungkap Senior Director & Country General Manager Herbalife Nutrition Indonesia Andam Dewi dalam keterangan tertulis […]
Gaya Hidup
JAKARTA – Mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki pengetahuan yang baik terkait makanan dan nutrisi. Hal ini terungkap dari hasil survei Herbalife Nutrition Asia Pacific Nutrition Myths 2020.
“Hanya empat dari sepuluh responden yang memiliki keyakinan kuat terhadap pengetahuan nutrisi mereka,” ungkap Senior Director & Country General Manager Herbalife Nutrition Indonesia Andam Dewi dalam keterangan tertulis yang dikutip TrenAsia.com, Kamis, 31 Desember 2020. Menurutnya, ini menjadi bukti rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang nutrisi.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Pasalnya, disebutkan bahwa selama ini rata-rata konsumen di Asia Pasifik masih menggunakan media sosial (68%) sebagai rujukan informasi. Padahal, informasi yang beredar di internet tidak selalu benar dan akurat.
Alhasil, banyak sumber informasi gizi yang disalahartikan. Dengan kata lain, masyarakat lebih sering mendapatkan mitos ketimbang fakta. Berikut lima mitos yang sering dijumpai.
1. Karbohidrat dapat menambah berat badan
Pakar Nutrisi dan Dosen Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) Rimbawan menjelaskan, faktaranya sumber pangan yang satu ini tidak benar jika hanya diartikan menambah kalori atau berat badan.
“Karbohidrat tetap dibutuhkan oleh tubuh sebanyak 40 persen dari kebutuhan kalori harian seseorang,” kata dia.
Tidak hanya nasi, kabohidrat sendiri banyak pada sayuran, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
2. Kebutuhan protein akan berkurang ketika usia lanjut
Saat memasuki usia 40 tahun, tubuh mengalami penurunan fungsi dan massa otot secara bertahap. Ini dikenal dengan istilah sarcopenia. Sementara itu, upaya mitigasi untuk menanggulangi penurunan massa otot justru dengan cara meningkatkan asupan protein.
3. Kafein menyebabkan dehidrasi
Meskipun kafein memiliki sifat diuretik yang menyebabkan naiknya laju urinasi, tetapi mengkonsumsi dua hingga tiga cangkir kopi tidak akan membuat tubuh dehidrasi.
4. Diet ketogenik adalah pilihan sehat untuk mengurangi berat badan
Pola diet keto artinya mengonsumsi karbohidrat dengan porsi yang amat minim. Dengan demikian, orang percaya pembakaran tubuh akan bergeser menggunakan lemak dan protein. Inilah proses penurunan berat badan yang dipercaya oleh seseorang yang berdiet keto.
Namun, bagaimanapun tubuh tetap butuh karbohidrat oleh tubuh sesuai porsinya. Sebab, sumber energy ini akan menyuplai energi, vitamin dan mineral dalam tubuh.
“Untuk menurunkan berat badan secara berkelanjutan, diet mesti seimbang. Hal ini bisa dipadu dengan olahraga yang teratur,” tuturnya.
5. Bubuk protein tidak lebih sehat dibandingkan protein dari sumber makanan alami
Dalam hal ini, bubuk protein bersifat sama baiknya dengan protein dari makanan alami. Sebagai contoh, sembilan asam amino lengkap juga terdapat dalam bubuk protein yang berasal dari kedelai. Nutrisi ini berisi asam amino esensial untuk kebutuhan tubuh.