Sesi I IHSG Masih Tertekan, BRIS Anjlok Lagi Nyaris Terkena Reject Bawah
JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan Rabu, 22 Oktober 2020 masih mengalami tekanan. IHSG dibuka pada level 5.081,12 dan sempat amblas ke posisi 5.065,14 pada pukul 09.35 WIB sebelum akhirnya ditutup di poin 5.080,01. Berdasarkan data RTI Business, tercatat sepanjang rentang waktu itu Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah membukukan […]
Industri
JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi I perdagangan Rabu, 22 Oktober 2020 masih mengalami tekanan. IHSG dibuka pada level 5.081,12 dan sempat amblas ke posisi 5.065,14 pada pukul 09.35 WIB sebelum akhirnya ditutup di poin 5.080,01.
Berdasarkan data RTI Business, tercatat sepanjang rentang waktu itu Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah membukukan total Rp4,15 triliun. Dengan total frekuensi transaksi sebanyak 400.731 kali dan volume pembelian 7,93 miliar saham.
Sebanyak 136 emiten bergerak menguat, 168 tidak bergerak atau stagnan, sisanya 245 mengalami pelemahan. PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) lagi-lagi menjadi saham yang paling banyak mengalami koreksi. Turun 95 poin atau 6,81% ke level Rp1.300 per lembar. Nyaris terkena batas auto reject bawah (ARB) 7%.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Kabar dilusi saham BRIS setelah aksi merger bank umum syariah (BUS) agaknya masih berpengaruh besar terhadap pergerakan anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ini.
Apalagi, kemarin Suwendho, Rinaldy dan Rekan sempat menyebut bahwa saham BRIS saat ini sudah overvalue. Semestinya, valuasi BRIS hanya Rp7,59 triliun, sedangkan kapitalisasi pasar BRIS sekarang Rp12,63 triliun.
Sementara itu, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) menjadi yang paling cuan dengan kenaikan 17,89% ke posisi Rp145 per lembar. Penguatan ini terjadi dalam dua hari beruntun usai perseroan mengumumkan hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 21 Oktober lalu.
Dari sisi investor asing, aksi jual bersih (net foreign sell/NFS) masih terlihat lebih dominan dibandingkan aksi beli bersih (net foreign buy/NFB). Hingga pukul 11.30 WIB, total NFS menyntuh Rp1,2 miliar, sedangkan NFB hanya Rp1,1 miliar.
Saham PT Astra International Tbk (ASII) berdiri di posisi teratas senarai NFB dengan total Rp43,3 miliar. Sebaliknya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham paling banyak dilego asing senilai Rp74,9 miliar.