Kampanye terbuka PDIP mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam kontestasi Pilpres 2019 di Stadion Sriwedari Solo.
Nasional

Setelah 24 Tahun, Dominasi Merah di Pilkada Solo Akhirnya Runtuh

  • Memudarnya Kota Solo sebagai basis massa PDIP sejatinya mulai terlihat sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Calon PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, hanya memeroleh 34,2% suara, jauh tertinggal dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mencetak 50,8% suara.

Nasional

Chrisna Chanis Cara

SOLO—Bukan rahasia jika Kota Solo adalah salah satu basis utama PDI Perjuangan (PDIP) di Jawa Tengah. Di Kota Bengawan, dominasi “merah” memang sangat pekat. Kandang banteng istilahnya. Jika menghadapi PDIP dalam kontestasi pemilu di Solo, lawan harus siap-siap gigit jari. 

Ya, tidak ada cerita PDIP kalah dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Solo usai reformasi 1998. Jago PDIP mulai dari Slamet Suryanto (2000-2005), Joko Widodo (2005-2010, 2010-2012), F.X. Hadi Rudyatmo (2012-2015, 2016-2021) hingga Gibran Rakabuming Raka (2021-2024), sukses memecundangi lawan-lawannya di palagan pilkada. 

Kemenangan Jokowi di periode keduanya menjadi Wali Kota Solo pada tahun 2010 bahkan sangat gemilang. Berpasangan dengan F.X. Hadi Rudyatmo, Jokowi mencetak keunggulan mutlak 90,09% atas lawannya yakni Eddy Wirabhumi-Supradi Kertamenawi yang diusung Partai Demokrat. 

Capaian ini berbanding lurus dengan hasil di pemilihan legislatif. Predikat Solo sebagai “kota merah” tak terelakkan karena PDIP selalu mendominasi kursi dewan sejak tahun 2000-an. Pileg 2019 menjadi catatan paling fantastis. PDIP mampu mengamankan 30 kursi dari total 45 kursi DPRD atau 66%. 

Saat itu Wali Kota Solo dipegang F.X. Hadi Rudyatmo yang notabene Ketua DPC PDIP Solo. “Pejah gesang nderek bu Mega (hidup mati ikut bu Mega/Megawati Soekarnoputri, Ketum PDIP).” Ungkapan yang sering ditemukan di akar rumput itu menjadi bukti betapa militannya basis massa PDIP di Kota Bengawan.  

Namun angin tampaknya mulai berbalik arah. Di Pilkada 2024, untuk kali pertama banteng harus tumbang di kandangnya sendiri. Jagoan mereka, Teguh Prakosa-Bambang Nugroho, harus mengakui keunggulan Respati Ardi-Astrid Widayani, yang didukung Jokowi, mantan anak emas PDIP. 

Merujuk hasil real count Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Solo, Teguh-Bambang hanya mampu meraup 121.376 suara atau 39,53%. Sementara Respati-Astrid, yang cenderung belum memiliki pengalaman di dunia politik, meraih 185.631 suara atau 60,47%. “Ya itulah pesta demokrasi,” ujar Teguh menanggapi hasil real count Bawaslu, dikutip dari Antara, Kamis, 28 November 2024. 

Pihaknya mengaku akan menghormati apapun hasil Pilkada Solo 2024 yang nantinya diumuman Komisi Pemilihan Umum. Teguh meminta maaf untuk semua kalangan yang sudah membantunya selama ini. 

“Terima kasih. Tetap menjaga solidaritas agar proses Pilkada ini biar berjalan dengan baik. Masa transisi juga harus berjalan dengan baik, semua untuk membangun bersama-sama kota yang kami cintai ini,” ujar Teguh yang sempat menjadi Wali Kota usai Gibran terpilih sebagai Wakil Presiden RI.

Dia mengakui bukan hal yang mudah bagi PDIP untuk menghadapi kontestasi pemilu pada tahun ini. Menurut Teguh, Pilkada Solo dan Pilkada Jawa Tengah menjadi sejumlah sasaran tembak utama bagi lawan politik. 

Disinggung adakah faktor Jokowi atau Gibran dalam kemenangan Respati-Astrid, Teguh menyerahkan penilaian pada masyarakat. “Pengaruh atau tidak silakan masyarakat yang menilai.”

Berawal dari Pilpres 2024

Memudarnya Kota Solo sebagai basis massa PDIP sejatinya mulai terlihat sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Calon PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, hanya memeroleh 34,2% suara, jauh tertinggal dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang mencetak 50,8% suara. 

Hasil di Solo berbanding lurus dengan Jateng, di mana Ganjar-Mahfud cuma mampu mengumpulkan, 34,35% suara, tertinggal dari Prabowo-Gibran dengan 53,08% suara. Runtuhnya dominasi PDIP di Solo dan Jawa Tengah pun membikin geram Megawati. Beberapa hari sebelum pencoblosan, Megawati sudah berpesan agar memenangkan pertarungan di Solo dan Jawa Tengah. 

Megawati menilai kadernya di Jateng tidak akan terkalahkan jika Pilkada 2024 digelar secara fair, jujur dan berkeadilan. Dia mendapat laporan betapa masifnya penggunaan penjabat kepala daerah hingga mutasi aparatur kepolisian. “Demi tujuan politik elektoral. Ini tidak boleh dibiarkan lagi,” ujar Megawati, dikutip dari akun YouTube PDIP, Kamis. 

Baca Juga: Terpukul Kehilangan Basis Jateng, Megawati Beri Instruksi Khusus

Megawati mengaku mengenal baik Jateng. Putri proklamator Soekarno itu pernah menjadi anggota DPR tiga kali di daerah pemilihan provinsi tersebut. Menurut Mega, Jateng tak hanya “kandang banteng”, tapi tempat persemaian gagasan nasionalisme dan patriotisme. “Apa yang terjadi saat ini sudah di luar batas kepatutan etika, moral dan hati nurani. Jangan pernah takut menyuarakan kebenaran," ujar Megawati. 

Sementara itu, Respati-Astrid kedapatan mendatangi kediaman Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo, Kamis. Respati mengaku mendapat ucapan selamat dari Jokowi secara langsung usai unggul dari Teguh Prakosa versi quick count. “Dapat ucapan selamat sementara. Kami berdua harus tetap menghormati hasil penghitungan KPU,” ujar Respati.