Pernah Punya BCA, Konglomerat Anthoni Salim Kini Kuasai Bank Ina Perdana
Kini, saham BCA digenggam oleh konglomerat terkaya dalam 10 tahun terakhir, yakni Keluarga Hartono, pemilik perusahaan rokok Grup Djarum. Robert Budi dan Michael Hartono ditaksir memiliki kekayaan US$37,3 miliar setara Rp596 triliun.
Industri
Pundi-pundi kekayaan konglomerat Anthoni Salim kian menggunung. Penerus konglomerasi Grup Salim itu kini telah resmi menjadi pemilik utama PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA).
Keluarga mendiang Sudono Salim (Liem Sioe Liong) yang kini diteruskan oleh Anthoni Salim, adalah pemilik PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF). Pria yang kini berumur 71 tahun itu adalah konglomerat terkaya ke-6 di Indonesia versi majalah Forbes 2019.
Kekayaan Anthoni Salim ditaksir mencapai US$5,5 miliar setara Rp88 triliun. Pundi-pundi kekayaannya bersumber dari perusahaan pembuat mi instan terbesar dunia Indofood, perbankan, hingga telekomunikasi.
Dulu, Keluarga Salim memiliki saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1998, Sudono Salim tercatat sebagai orang terkaya di Tanah Air.
Ketika krisis, keluarga ini memiliki utang hingga Rp55 triliun. Akhirnya, Grup Salim harus menjual kepemilikan saham yang dikempitnya, yakni PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS).
Kala itu, BCA menjadi pasien Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lantaran disuntik dana hingga 200% dari modal BCA alias Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Kala itu, Grup Salim harus membayar Rp35 triliun kepada BPPN.
Kini, saham BCA digenggam oleh konglomerat terkaya dalam 10 tahun terakhir, yakni Keluarga Hartono, pemilik perusahaan rokok Grup Djarum. Robert Budi dan Michael Hartono ditaksir memiliki kekayaan US$37,3 miliar setara Rp596 triliun.
Keluarga Salim masih menggenggam saham BCA sebesar 1,76%. Sedangkan, keluarga Hartono menggenggam 54,94% saham BCA melalui PT Dwimuria Investama Andalan.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Kabar teranyar keluarga Salim kini menjadi pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder) PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA). Hal ini terjadi lantaran konglomerat Pieter Tanuri dan perusahaan miliknya PT Philadel Terra Lestari melepas kepemilikan saham di Bank Ina.
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu mengatakan terjadi perubahan struktur kepemilikan saham perseroan dari PT Philadel Terra Lestari milik Pieter Tanuri kepada PT Indolife Pensiontama milik Anthoni Salim.
“Tanggal kedaian pada 18 Maret 2020,” kata Daniel dalam surat kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa, 14 April 2020.
Meski terjadi perubahan pemegang saham pengendali, Daniel menegaskan tidak akan ada dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, hingga kelangsungan perseroan.
Saat ini, Anthoni Salim lewat Indolife Pensiontama menggenggam kepemilikan saham Bank Ina sebesar 48,96%. Sebelumnya, per 6 Januari 2020 adalah Indolife Pensiontama menguasai 22,47% saham, Liontrust S/A NS Asean Financials Fund mendekap 18,29% sagam, PT Samudera Biru mengantongi 16,51% saham, DBS Bank Ltd S/S LTLS AS Trustee of NS Financial Fund menguasai 10,49% saham, PT Gaya Hidup Masa Kini mengendalikan 9,98% saham, PT Philadel Terra Lestari mengantongi 9,64% saham, dan masyarakat memiliki 12,62% saham.
Dalam perjalanannya, Philadel Terra Lestari milik Pieter Tanuri tercatat menjadi pengendali saham Bank Ina sesuai dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui surat tertanggal 16 September 2015.
Pieter adalah pengusaha yang mendirikan PT Buana Capital Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Tbk., produsen ban PT Multistrada Arah Sarana Tbk., Klub sepak bola Bali United hingga Persib Bandung.
Sejak saat itu, pengendali saham Bank Ina pun terus berubah. Terakhir pada Juni 2019, ketika Oki Widjaja yang sebelumnya sempat menguasai 1,93% saham Bank Ina mengundurkan diri dari daftar pemegang saham pengendali.
Masuknya Grup Salim dalam Bank Ina telah terjadi saat perseroan menggelar rights issue pada Maret 2017. Selain Indolife Pensiontama, perusahaan lain yang terkait dengan Grup Salim adalah Samudra Biru dan Gaya Hidup Masa Kini.
Kala itu, juga menjadi tonggak sejarah bagi Bank Ina lantaran modal inti perseroan mencapai lebih dari Rp1 triliun sehingga memenuhi persyaratan permodalan sebagai bank umum kelompok usaha (BUKU) 2.
Per 31 Desember 2019, total penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Ina Perdana mencapai Rp4 triliun, melonjak 60% dari tahun sebelumnya Rp2,5 triliun. Sedangkan penyaluran fungsi intermediasi Rp2,5 triliun, melejit 47% dari sebelumnya Rp1,7 triliun.
Pendapatan bunga perseroan mencapai Rp352,82 miliar, naik 26% dari sebelumnya Rp279,9 miliar. Sedangkan, laba bersih yang diraup Bank Ina pada 2019 mencapai Rp7,1 miliar, anjlok 37% dari Rp11,3 miliar.
Pada perdagangan Rabu, 15 April 2020, saham BINA ditutup naik 1,03% sebesar 10 poin ke level Rp980 per lembar. Kapitalisasi pasar saham BINA mencapai Rp5,54 triliun dengan imbal hasil 36,11% dalam setahun terakhir. (SKO)