<p>Kantor BRI Syariah, Jakarta. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Industri

Setelah Merger, BRI Syariah Bidik Aset Rp390 Triliun Kalahkan BTN di Posisi 5 Bank Terbesar

  • Setelah merger, PT BRI Syariah Tbk (BRIS) membidik total aset secara konservatif menembus Rp390 triliun pada 2025. Posisi itu membuat BRI Syariah bakal menyodok PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN yang kini berada di posisi 5 bank beraset terbesar di Indonesia.

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Setelah merger, PT BRI Syariah Tbk (BRIS) membidik total aset secara konservatif menembus Rp390 triliun pada 2025. Posisi itu membuat BRI Syariah bakal menyodok PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN yang kini berada di posisi 5 bank beraset terbesar di Indonesia.

Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Catur Budi Harto mengungkapkan potensi bisnis industri keuangan dan bisnis syariah di Indonesia mencapai Rp4.800 triliun pada 2024. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk muslim di Tanah Air sebanyak 230 juta jiwa atau sebesar 87%.

“Potensi bisnis di industri keuangan syariah sangat besar, oleh karena itu proses merger bank syariah saat ini diharapkan dapat menarik investor global,” katanya dalam Virtual Press Conference Penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA), Selasa, 13 Oktober 2020.

Seperti diketahui, tiga bank syariah pelat merah digabungkan pada Februai 2021. Bank tersebut yakni PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS). Penandatanganan perjanjian penggabungan bersyarat atau merger bank syariah pelat merah telah dilakukan pada Senin, 12 Oktober 2020.

Menurutnya, pangsa pasar keuangan syariah yang sebesar 9,68% per Juli 2020 harus terus didorong agar semakin kuat. Sebab, Catur menjelaskan, nasabah pun akan dapat menikmati layanan syariah yang lebih lengkap pascamerger.

“Ketiga bank yang digabung akan berada dalam satu atap untuk melayani berbagai kebutuhan, mulai dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), korporasi, hingga investment,” ungkapnya.

Aset Melejit

Selain itu, aksi merger nantinya dinilai dapat menaikkan posisi menjadi 10 bank syariah teratas secara global, dan peringkat kedelapan di dalam negeri.

Dengan asumsi pertumbuhan yang konservatif, diharapkan total aset bank syariah hasil merger pada 2025 mencapai Rp390 triliun. Pada saat bersamaan, target penyaluran pembiayaan Rp272 triliun dan pendanaan mencapai Rp335 triliun.

Saat ini, total aset ketiga bank umum syariah (BUS) tersebut mencapai Rp214,7 triliun mengacu pada laporan keuangan per Juni 2020. “Ini adalah upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia,” katanya.

Aksi korporasi merger itu membuat bank syariah pelat merah bakal melesat ke posisi tujuh bank beraset terbesar di Indonesia. Posisi itu menyodok PT Bank OCBC NISP Tbk (Rp191,5 triliun), PT Bank Pan Indonesia Tbk (Rp185,1 triliun), PT Bank BTPN Tbk (Rp184,9 triliun), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Rp169,9 triliun).

Jika target aset itu terpenuhi, maka bank syariah hasil merger dapat menggeser posisi PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang berada di urutan 6 dengan aset Rp271,8 triliun. Bahkan, posisi BTN yang berada di urutan 5 dengan aset sebesar Rp308,1 triliun pada triwulan I-2020 pun dapat digusur. (SKO)