Shell Hengkang dari Blok Masela, Jokowi Ingin INA Ambil Alih
- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta, Indonesia Investment Authority (INA) untuk turut berinvestasi di blok Masela. INA dibidik untuk menggantikan kedudukan Shelll Upstream Overseas Ltd.
Industri
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Indonesia Investment Authority (INA) untuk turut berinvestasi di blok Masela.
INA dibidik untuk menggantikan kedudukan Shelll Upstream Overseas Ltd. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, presiden mengarahkan para menteri untuk berupaya membidik INA sebagai ganti Shell di blok Masela.
"Investasi Shell dan rencana divestasi arahan presiden ini untuk segera dinegosiasikan dan dicarikan investor baru, termasuk mempertimbangkan sovereign wealth fund INA untuk masuk dalam proyek tersebut," kata Menko Airlangga dalam konferensi pers pada Rabu, 25 Agustus 2022.
- Rusia Setop Pasokan Gas di Musim Dingin, Jerman Dipaksa Kembali Bakar Batu Bara
- Perusahaan Tambang Milik Bakrie, Bumi Resources (BUMI) Tuntaskan Private Placement Rp408,15 Miliar
- Biaya Interkoneksi Sentuh Rp1 Triliun, Laba XL Axiata (EXCL) Susut 14 Persen Jadi Rp614,9 Miliar
Rencana Shell untuk keluar dari blok Marsela sudah digaungkan sejak 2020 lalu, penyebabnya karena arus kas Shell tertekan akibat proyek lain di luar Masela.
Hengkangnya Shell membuat mitra kerjanya yaitu Inpex asal jepang harus mencari rekan baru untuk terus mengembangkan kerja sama ladang gas yang terletak di Maluku.
Untuk diketahui, Inpex Corporation bersama Shell telah menandatangani kontrak amandemen bagi hasil cost recovery termasuk waktu tambahan tujuh tahun alokasi dan perpanjangan proyek kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Abadi dengan SKK Migas pada 11 Oktober 2019.
Namun pada 2020, Shell mengumumkan sedang mencari investor untuk menjual 35% sahamnya di proyek Blok Masela. Perseroan berharap akan mendapatkan dana US$1 miliar atau setara dengan Rp14,92 triliun (Kurs Rp14.851dolar AS) dari penjualan saham tersebut.
Selain Shell, pembagian porsi saham partisipasi dalam proyek tersebut dimiliki Inpex sebesar 55% dan sisanya dimiliki oleh badan usaha milik daerah (BUMD) sebesar 10%.
Setelah pengumuman Shell ingin melepas sahamnya dari blok Masela, ladang gas Maluku dalam posisi mangkrak. Maka pemerintah dalam hal ini SKK Migas mendorong Inpex mencari mitra baru.