Siap Atasi Black Out, PLTA Saguling Sokong Beban Puncak Sistem Kelistrikan Jawa-Bali
- Pembangkit berkapasitas 4x175,18 MW tersebut memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai baseload, stabiliser, dan untuk mengurangi emisi karena menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
Industri
JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan Load Frequency Control (LFC) dianggap dapat mengatasi jika suatu hari terjadi black out atau mati lampu besar-besaran di sistem kelistrikan Jawa-Bali.
"Jika terjadi black out, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," ujar Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Wanhar ketika mengunjungi lokasi, Kamis, 16 September 2021.
Wanhar juga menjelaskan pembangkit berkapasitas 4x175,18 MW tersebut memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai baseload, stabiliser, dan untuk mengurangi emisi karena menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
"Yang paling penting, ini adalah pembangkit masa depan, bisa dikombinasikan dengan solar photovoltaic (PV) di waduknya," kata Wanhar.
- Wow, Mie Goreng Pedas Jadi Menu Terlaris di GrabFood Loh!
- Erick Thohir Ingin Keberhasilan Restrukturisasi Pertamina Diikuti Holding BUMN Pangan
- Kementerian Investasi dan AP II Tawarkan 3 Proyek di Kualanamu ke Swasta
Pemerintah sendiri terus mendorong pengembangan EBT untuk mencapai target 23% pada 2025. Dalam pengembangan EBT, PLTA Saguling memiliki konstribusi sebesar 2% dari total pembangkit EBT jenis hidro (4,53%) yang terhubung dengan sistem jaringan 500 kV Jawa-Bali.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR Tifatul Sembiring mencermati pentingnya aspek keselamatan atau security pada sistem PLTA Saguling. Menurutnya, operasi PLTA perlu dipastikan aman tanpa ada masalah seperti misalnya gulma.
“Bagaimana caranya supaya (supply) tidak stop sama sekali. PLTA Saguling juga mendukung sistem Jamali (Jawa, Madura, Bali - red). Kalau satu sistem rontok, rontok juga yang lain. Harus diperhatikan penjagaan aspek keselamatan atau security secara sistem,” ujar Tifatul.
Pada 2021, PLTA Saguling yang dioperasikan PT Indonesia Power memiliki target untuk menjadi penyedia bahan baku cofiring dari gulma eceng gondok yang selama ini tidak dimanfaatkan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pendangkalan pada waduk dan juga mendukung pelaksanaan cofiring pada PLTU.
Program Biomass Operating System of Saguling (BOSS) tersebut merupakan program unggulan PT Indonesia Power dalam mewujudkan program "Saguling Clean", yakni Waduk Saguling yang bersih dari sampah dan gulma eceng gondok.