Siap IPO, Simak Kondisi Keuangan Pertamina Geothermal Energy
- Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan melaksanakan penawaran umum perdana saham dengan melepas sebanyak-banyaknya 25% saham ke publik dengan menargetkan perolehan dana hingga Rp9,78 triliun. Namun bagaimana kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Nasional
JAKARTA - Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan melaksanakan penawaran umum perdana saham dengan melepas sebanyak-banyaknya 25% saham ke publik dengan menargetkan perolehan dana hingga Rp9,78 triliun.
Lantas bagaimana kondisi keuangan PGE saat ini?
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan, pendapatan perusahaan berada dalam tren positif kinerja top line PGE dalam tiga tahun terakhir atau pada rentang 2019 hingga 2021.
"Pendapatan tiap tahunnya yakni US$328 juta setara dengan Rp4,87 triliun pada 2019, US$354 juta setara dengan Rp5,26 triliun pada 2020, dan US$369 juta pada 2021 atau Rp5,48 triliun," katanya dalam acara Press Conference Penawaran Umum Perdana Saham PGE Tbk di Jakarta, Rabu, 1 Februari 2023.
- Pasar Menyambut Perlambatan Suku Bunga The Fed, Rupiah Dibuka Menguat 100 Poin
- Sudah 5 Bulan Kapal Induk Ini Terkatung-katung di Tengah Lautan
- Kenaikan Suku Bunga The Fed Sesuai Ekspektasi, Kripto Bitcoin dkk Melesat Naik
Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8% secara tahunan menjadi US$111 juta pada September 2022 setara dengan Rp1,65 triliun. Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24% pada kuartal III-2021 menjadi 38,8% per akhir kuartal III-2022.
Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal Posisi ini sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.
Rekam jejak keuangan yang solid menjadi modal PGE untuk menangkap peluang industri panas bumi ke depan. Wood Mackenzie memperkirakan tambahan hingga 3,4 GW kapasitas geothermal dalam satu dekade ke depan.
Ahmad menambahkan komitmen besar PGE yang melekat kepada ESG juga sejalan dengan agenda dekarbonisasi nasional. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan pela jalan untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
Dukungan besar terhadap PGE juga datang dari pemerintah lewat Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya juga telah menyinggung potensi besar geothermal di Indonesia yang mencapai 24 GW apabila dikonversi menjadi listrik.
Erick menyebut dukungan terhadap PGE juga bertujuan menciptakan listrik ramah lingkungan dengan harga kompetitif. Keberadaan energi panas bumi diharapkan juga tidak akan menambah beban pemerintah untuk biaya produksi listrik.