Ilustrasi Bitcoin. Sumber: Pixabay.com
Fintech

Siap-siap! Bitcoin Berpotensi Moncer di Akhir Tahun

  • Peluang besar terbuka untuk kelanjutan tren kenaikan Bitcoin setelah Oktober lalu ditutup dengan lonjakan 28,5%, dan proyeksi kenaikan sekitar 7,18% pada November.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Menghadapi akhir tahun, pelaku pasar kripto secara cermat memantau pola historis yang menunjukkan potensi kinerja bullish bagi Bitcoin (BTC) pada bulan Desember. 

Menurut trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur, peluang besar terbuka untuk kelanjutan tren kenaikan Bitcoin setelah Oktober lalu ditutup dengan lonjakan 28,5%, dan proyeksi kenaikan sekitar 7,18% pada November.

"Menganalisis musiman BTC, menjadi jelas bahwa jika bulan Oktober dan November ditutup dengan positif, maka bulan Desember cenderung mengikutinya. Tren ini bukanlah hal baru, karena data historis menunjukkan pola serupa selama satu dekade terakhir," kata Fyqieh kepada TrenAsia, dikutip Jumat, 1 Desember 2023.

Fyqieh memberikan contoh, pada tahun 2015, setelah penutupan Oktober dan November dengan kenaikan masing-masing 33,1% (Rp513.376) dan 19,8% (Rp482.047), BTC melonjak sebesar 14,1% pada bulan Desember. 

Peningkatan yang lebih spektakuler terjadi pada 2016 dan 2017, di mana imbal hasil positif di bulan Desember mencapai 29,2% dan 38,8%.

Pada tahun 2020, setelah kenaikan Oktober dan November sebesar 28,1%  dan 42,9%, BTC melesat sebesar 47,8% pada bulan Desember, menunjukkan kecenderungan historis yang konsisten. Fyqieh berpendapat bahwa pola ini berpotensi terulang pada tahun 2023.

Secara statistik, kuartal terakhir tahun ini telah terbukti menjadi salah satu kuartal paling menguntungkan bagi pasar kripto. 

Kuartal IV tahun 2023 sendiri telah berakhir dengan kenaikan mencapai 37,7%, menandai potensi delapan kali dalam 13 tahun terakhir di mana kemungkinan besar akan ditutup dengan pencapaian positif.

Fyqieh menambahkan bahwa faktor pendorong potensial untuk kenaikan harga Bitcoin di bulan Desember termasuk pembaruan berita terkait ETF Bitcoin spot, kebijakan The Fed, dan kondisi makroekonomi. Spekulasi mengenai persetujuan ETF Bitcoin spot pada Januari 2024 masih menjadi sorotan, potensial menciptakan fear of missing out (FOMO) di kalangan investor retail.

Pertumbuhan kapitalisasi pasar stablecoin Tether (USDT) juga dianggap sebagai indikator bahwa investor institusional mengalihkan fiat mereka ke stablecoin dan berpotensi mengubahnya menjadi aset kripto lain, termasuk Bitcoin. Selain itu, kenaikan biaya transaksi Bitcoin baru-baru ini dianggap sebagai bukti lebih lanjut dari sentimen bullish.

Dari segi analisis teknikal, harga BTC terus diuji di zona resistensi antara US$38.825 (Rp601,26 juta) dan US$38.942 (Rp603,85 juta) sejak menembus resistensi di sekitar US$35.400 (Rp549,9 juta). 

Meskipun demikian, BTC menemukan dukungan kuat pada level yang sama, mengindikasikan kemungkinan penembusan yang dapat terjadi.

Fyqieh menyimpulkan dengan menyatakan bahwa Bitcoin berusaha untuk bertahan di atas US$38.000 (Rp590,64 juta), mendekati kisaran tinggi di sekitar US$37.991 (Rp589,46 juta).

Oleh karena itu, akhir pekan mendatang diharapkan menjadi momen krusial yang berpotensi memberikan dampak besar pada penutupan tahun ini.