Siap-Siap! Merger Gojek dan Grab Terbesar di ASEAN Tinggal Selangkah Lagi
Negosiasi yang berlangsung secara privat itu menghasilkan beberapa kesepakatan. Di antaranya menjadikan pendiri Grab, Anthony Tan sebagai CEO perusahaan gabungan tersebut.
JAKARTA – Wacana penggabungan (merger) dua raksasa teknologi Asia Tenggara, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia) dan Grab segera menemui titik terang. Kedua pihak diketahui telah berhasil mengatasi perbedaan pandangan yang selama ini jadi hambatan.
Gojek dan Grab disebut-sebut sedang menyelesaikan detil akhir proses penggabungan tersebut. Jika sukses, maka merger kedua decacorn ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
“Detil akhir sedang dikerjakan di antara para pemimpin paling senior di tiap perusahaan,” ujar sumber yang minta identitasnya dirahasiakan, dilansir dari Bloomberg, Rabu 2 Desember 2020.
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Nvidia Tanam Uang Rp1,4 Triliun Demi Bangun Superkomputer
- Facebook Lakukan Pengujian, Oculus VR Bakal Tak Lagi Bebas Iklan
Bahkan, Masayoshi Son, bos SoftBank Group yang merupakan investor utama Grab turut terlibat dalam pembahasan tersebut.
Negosiasi yang berlangsung secara privat itu menghasilkan beberapa kesepakatan. Di antaranya menjadikan pendiri Grab, Anthony Tan sebagai CEO perusahaan gabungan tersebut.
Sementara, para eksekutif Gojek akan memimpin operasional dari entitas baru itu. Khusus untuk wilayah Indonesia, akan tetap menggunakan merek Gojek.
“Kedua merek dapat dijalankan secara terpisah untuk jangka waktu yang lama,” imbuh sumber anonim tersebut.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Para sumber juga menyebutkan bahwa penggabungan Grab dan Gojek pada akhirnya memiliki tujuan untuk menjadikannya perusahaan publik yang akan melantai di bursa saham. Kendati begitu, belum ada jaminan hal ini dapat terwujud.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Grab, Gojek, dan Softbank terkait pemberitaan merger keduanya.
Pengaruh Softbank
Kabar soal merger Grab dan Gojek ini bukan yang kali pertama. Wacana ini muncul akibat kerugian besar yang melanda perusahaan transportasi daring di tengah pandemi COVID-19.
Kedua perusahaan tersebut mengalami penuruan pendapatan yang drastis akibat adanya pembatasan sosial di berbagai negara.
Awalnya, pembahasan merger Grab dan Gojek pada pertengahan tahun 2020 itu sempat mendapat tentangan dari pemilik Softbank yang merupakan investor utama Grab, Masayoshi Son.
Pada waktu itu ia khawatir bisnis ride-hailing akan menjadi industri monopoli jika terjadi merger.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Berbalik 180 derajat, pada bulan Oktober lalu, Son justru meminta pendiri Grab Anthony Tan, untuk menyudahi ‘perang’ dan memulai negosiasi merger dengan Gojek. Menurutnya, aksi merger dapat mengurangi potensi bakar uang yang selama ini terjadi.
Grab sendiri memiliki nilai valuasi sebesar US$14 miliar, setara Rp198,54 triliun (kurs Rp14.182 per dolar Amerika Serikat) dengan menguasai delapan negara di Asia.
Sedangkan valuasi Gojek tercatat sebesar US$10 miliar atau Rp141,82 triliun, dan telah menjalankan operasi di Indonesia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. (SKO)