Nampak seorang petani tengah melakukan panen tanaman kelapa sawit di kawasan Bogor Jawa Barat, Kamis 28 Mei 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Siap-Siap Susul Nikel, Jokowi Bakal Setop Ekspor Bauksit dan CPO

  • Setelah menghentikan ekspor nikel tahun lalu, Jokowi berencana bakal menghentikan ekspor bauksit dan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa nilai tambah dari industri energi dan mineral di Tanah Air harus terus ditingkatkan. Setelah menghentikan ekspor nikel tahun lalu, Jokowi berencana bakal menghentikan ekspor bauksit dan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

"Nanti berikutnya bauksit setop, enggak bisa lagi ekspor mentah. Harus menjadi aluminium. Ada transisinya. Sawit juga sama, suatu titik nanti setop yang namanya ekspor CPO. Harus jadi kosmetik, mentega, biodiesel dan turunan-turunan lainnya," ujar Jokowi dalam acara PPSA XXIII di Jakarta, Rabu, 13 Oktober 2021.

Dia menegaskan bahwa nilai tambah yang maksimal sangat penting bagi kepentingan nasional, kepentingan dalam negeri, dan kepentingan rakyat banyak.

Karena itu, dia mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, dan investor untuk melakukan hilirisasi produksi dan industrialisasi guna memberikan nilai tambah terhadap komoditas unggulan Indonesia.

"Lebih dari itu yang paling penting adalah hilirisasi besar-besaran tidak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk raw material, dalam bentuk bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah. Kita dapat uang dari situ ya, tapi nilai tambahnya itu yang kita inginkan," katanya.

Kepala Negara mengatakan, selain dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah, Indonesia juga harus mengombinasikan antara pemanfaatan kekayaan alam dengan kearifan dan teknologi yang melestarikan.

"Prinsip ekonomi berkelanjutan ini harus betul-betul kita jaga, kita pegang teguh yaitu melalui green economy dan blue economy," imbuhnya.

Jokowi lagi-lagi menekankan pentingnya mendorong hilirisasi dan industrialisasi seluruh komoditas yang tersedia. Menurutnya, hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk memajukan Indonesia.

Jokowi bahkan mengajak jajarannya untuk tidak takut menghadapi tuntutan dunia internasional ketika Indonesia mengerem ekspor bahan mentah. Dia bahkan berani menantangnya dengan menyiapkan pengacara terbaik nasional.

"Inilah sebuah kesempatan, jangan sampai nanti kita kehilangan opportunity lagi, kehilangan kesempatan lagi, dulu ada booming minyak kita kehilangan, ada booming kayu kita kehilangan. Ini tidak, minerba ini harus menjadi sebuah fondasi kita dalam rangka memajukan negara kita Indonesia," pungkasnya.

Sektor tambang nikel, Jokowi mengatakan telah menunjuk perusahaan BUMN untuk membangun smelter pengolahan bahan mentahnya.

Dia mencontohkan, banyak produk unggulan yang diekspor mentah ke luar negeri. Setelah diolah di luar negeri, produk setengah jadi atau produk jadinya diimpor kembali ke Indonesia.

"Misalnya tadi sudah disampaikan mengenai nikel yang bisa kita olah menjadi katoda baterai, stainless steel, lithium baterai yang nanti dintegrasi dengan industri otomotif," katanya.

Jokowi optimistis bahwa dalam dua-tiga tahun mendatang, Indonesia sudah memiliki produk mobil listrik yang elemen-elemen dasarnya merupakan hasil dari olahan industri lokal.

"Kita paksa entah itu BUMN kita, swasta, investor, untuk mendirikan industrinya di dalam negeri dan nanti bapak-ibu bisa lihat tiga tahun lagi yang namanya mobil listrik akan mulai bermunculan dari negeri kita," ungkapnya.*