Siapa Investor Rempang Eco City?
- PT Makmur Elok Graha diketahui merupakan anak usaha Artha Graha Group milik Tomy Winata
Industri
JAKARTA - Megaproyek Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau masih mencuri atensi publik.
Sebagaimana diketahui, warga di kawasan tersebut menolak relokasi terkait proyek Rempang Eco City di Pulau Rempang. Penolakan tersebut yang akhirnya memicu kericuhan dengan polisi.
Dalam pengembangan kawasan tersebut, BP Batam dan pemerintah Kota Batam diketahui telah melakukan perjanjian kerja sama dengan sebuah perusahaan bernama PT Makmur Elok Graha pada tahun 2004 lalu.
PT Makmur Elok Graha diketahui merupakan anak usaha Artha Graha Group milik Tomy Winata (TW). PT Makmur Elok Graha sendiri merupakan satu dari sekian anak perusahaan yang dimiliki Tomy Winata.
- Indonesia Dapat Manfaatkan Produk Tembakau Alternatif untuk Tekan Prevalensi Merokok
- Kementerian ESDM Ungkap Progres Terbaru Wacana Lelang Blok Warim
- UOB Pastikan Akuisisi Consumer Banking Citibank Tuntas Akhir November 2023
Tomy Winata
TW sendiri merupakan salah satu pengusaha kelas kakap di Tanah Air. Namanya kerap disebut sebagai anggota “9 Naga”, sebutan untuk pengusaha besar yang berpengaruh dalam perekonomian Indonesia.
Dalam hal gurita bisnis, terdapat banyak proyek dan bangunan yang berada di bawah naungannya. Terdapat empat pilar bisnis yang dijalankannya yaitu sektor properti, keuangan, Agro industri dan perhotelan.
TW diketahui menjadi pemilik kawasan SCBD (Sudirman Central Business District). Kawasan tersebut diikelola oleh PT Danayasa Arthatama yang dikembangkan sejak tahun 1987 lalu. Tomy bersama dengan Sugianto Kusuma hingga saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama di perusahaan tersebut.
Dalam sektor perhotelan, Tomy merupakan pemilik dari Hotel Borobudur. Kepemilikan tersebut dilakukan melalui PT Jakarta International Hotels and Development. Gurita bisnis Tomy Winata yang bernama PT Sumber Alam Sutera diketahui menggarap bisnis benih padi hibrida.
TW menggandeng perusahaan asal China, Guo Hao Seed Industry Co Ltd. Dalam bisnis tersebut juga menjalin kerja sama dengan Badan Penelitian Padi Departemen Pertanian. Selain itu, Tomy pernah menggarap proyek reklamasi seluas 4,5 hektare di Pantai Kuta, Bali untuk dikembangkan menjadi Kartika Plaza Hotel dan Villa.
Dirinya melalui PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) sebagai anak usaha dari Artha Graha Group diketahui juga terlibat dalam proyek reklamasi Teluk Benoa meskipun saat itu juga mendapat penolakan dari masyarakat.
Artha Graha Group diketahui turut menjadi pemegang Pra Studi Kelayakan dalam wacana mega proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS). Meski demikian proyek JSS urung dilakukan sebab akan mematikan identitas sebagai negara maritim karena lalu lintas pelayaran di selat tersebut merupakan yang paling ramai.
Investasi Pulau Rempang
Makmur Elok Graha milik TW bekerja sama dengan Xinyi Glass Holdings Ltd di mana menjadi salah satu investor yang akan mendirikan pabrik kaca di Pulau Rempang.
Kerja sama ini sebelum dilakukan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, yang menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dengan Xinyi Glass Holdings Limited (Xinyi Group) mengenai kerja sama investasi, yang disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Chengdu.
MoU yang ditandangani 28 Juli 2023 ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Investasi ke fasilitas produksi Xinyi Group di Wuhu, China pada 19 Juli 2023 lalu. Tujuan dari MoU ini adalah untuk mendukung rencana investasi Xinyi Group senilai US$11,6 miliar atau setara dengan Rp174 triliun (kurs Rp15.000) di Kawasan Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Investasi tersebut meliputi pengembangan ekosistem rantai pasok industri kaca dan industri kaca panel surya.
Bahlil menambahkan pabrik tersebut akan menjadi pabrik terbesar kedua di dunia setelah China. Setelah berhasil membangun sistem hilirisasi dari nikel, sekarang kita akan mendorong pengembangan dari pasir kuarsa. Sebagian besar produknya, hampir 95%, akan diekspor karena pasar utamanya adalah luar negeri.
Sedangkan Xinyi Glass Holdings Ltd merupakan anak perusahaan Xinyi Group. Perusahaan ini disebut akan menggelontorkan duit investasi sebesar Rp381 triliun hingga 2080.
Di awal kerja sama, perusahaan asal Cina itu memberi komitmen investasi senilai sekitar Rp175 triliun. Sekitar 2.000 hektare lahan di Pulau Rempang akan dijadikan sebagai lokasi pabrik kaca perusahaan ini. Wacananya, pabrik kaca itu akan menjadi yang terbesar kedua di dunia.
Adapun Pulau seluas 17.000 hektare itu rencananya akan dikembangkan menjadi kawasan industri, perdagangan dan wisata dengan estimasi investasi sampai tahun 2080 mencapai Rp381 triliun. Pemerintah menargetkan penyerapan 306.000 tenaga kerja hingga tahun 2080 dalam proyek di kawasan tersebut.
Karena besarnya investasi maka Bahlil menegaskan bahwa investasi di Pulau Rempang ke Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau harus terlaksana. Pasalnya akan banyak kerugian jika hal ini sampai gagal.
Bahlil menyatakan bahwa pemerintah akan menyiapkan hunian baru untuk 700 KK yang terdampak pengembangan investasi di tahap pertama. Rumah tersebut akan dibangun dalam rentang waktu 6 sampai 7 bulan. Sementara menunggu waktu konstruksi, warga akan diberikan fasilitas berupa uang dan tempat tinggal sementara.
Pemerintah telah menyiapkan tanah seluas 500 meter persegi per Kepala Keluarga. Lalu hal kedua pemerintah juga menyiapkn rumah dengan tipe 45 yang nilainya kurang lebih sekitar Rp120 juta. Dan yang ketiga adalah uang tunggu transisi sampai dengan rumahnya jadi, per orang sebesar Rp1,2 juta dan biaya sewa rumah Rp1,2 juta.