
Siapa Pemilik Hotel Amanjiwo? Hotel Mewah di Kawasan Borobudur
- Saat mengunjungi Kawasan Borobudur, mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar Hotel Amanjiwo, bahkan bertanya-tanya siapa pemiliknya. Berjarak 90 menit berkendara dari Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Amanjiwo terletak di jantung Jawa Tengah, menghadap ke candi Borobudur yang terdaftar di UNESCO.
Nasional
JAKARTA – Saat mengunjungi Kawasan Borobudur, mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar Hotel Amanjiwo, bahkan bertanya-tanya siapa pemiliknya. Berjarak 90 menit berkendara dari Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Amanjiwo terletak di jantung Jawa Tengah, menghadap ke candi Borobudur yang terdaftar di UNESCO.
Hotel Amanjiwo dikenal karena kemewahannya yang sangat eksklusif. Bahkan, hotel ini disebut-sebut sebagai salah satu hotel paling mewah dan mahal di Indonesia.
Terinspirasi oleh tempat suci Buddha abad ke-9 di Borobudur, Suite Amanjiwo memiliki tempat tidur king-size empat pilar di atas panggung teraso yang ditinggikan, teras taman yang luas, beberapa dengan kolam renang pribadi, dan paviliun untuk bersantai.
- Perusahaan Milik Suami Puan Siapkan Rp73,4 M untuk Akuisisi PADI
- Pasukan Rusia Maju di Kursk dan Berlindung di Belakang Pasukan Ukraina
- Susul Morgan Stanley, Goldman Sachs Pangkas Rating Saham Indonesia: Sinyal Buruk?
Pemandangannya meliputi lahan pertanian terasering dan Perbukitan Menoreh, atau lembah dan Borobudur itu sendiri. Terkait dengan hal tersebut, siapa sosok di balik Hotel mewah itu?
Hotel Amanjiwo didirikan oleh pengusaha Indonesia Adrian Zecha, di bawah manajemen Aman Resorts Group. Saat ini, kepemilikan Aman Resorts Group, termasuk Hotel Amanjiwo, sepenuhnya berada di bawah kendali investor asal Rusia, Vladislav Doronin.
Dilansir dari Tatler Asia, dengan pengalaman bisnis lebih dari empat dekade, Adrian Zecha telah membangun berbagai merek hotel mewah, termasuk Regent Hotels & Resorts, GHM Hotels, dan Aman Resorts. Aman Resorts sendiri sangat dihormati di seluruh dunia, dengan properti yang tersebar di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat.
Adrian lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada tahun 1933 dalam keluarga Lauw-Sim-Zecha, yang merupakan bagian dari golongan elite Tionghoa di Hindia Belanda. Ia memiliki keturunan Peranakan Tionghoa dan Bohemia. Adrian tumbuh dengan berbagai kemudahan dan privilese.
Ia merupakan cicit dari pengusaha dan pejabat kolonial Lauw Tek Lok, yang menjabat sebagai Luitenant der Chinezen pertama di Bekasi. Hubungan ini berasal dari pernikahan kontroversial Lauw Tek Lok dengan Louisa Zecha, seorang pemilik perkebunan keturunan Indo-Bohemia.
Dilansir dari Hotelier Indonesia, setelah menjadi janda, Louisa Zecha menikah lagi dengan pengusaha Tionghoa lainnya, Sim Keng Koen, yang menjabat sebagai Kapitein der Chinezen pertama di Sukabumi—kota kelahiran Adrian Lauw Zecha.
Ayahnya, Aristide William Lauw-Zecha, merupakan seorang pemilik perkebunan dan menjadi orang Indonesia pertama yang lulus dari universitas di Amerika Serikat, yakni Universitas Iowa pada tahun 1923.
Adrian juga memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga kerajaan Malaysia melalui sepupunya, Che Engku Chesterina (née Sim-Zecha). Saudaranya, Austen Zecha, merupakan pendiri TBWA-ISC Group, sebuah agensi yang dikenal sebagai pencipta kampanye ikonik “Malaysia Truly Asia” untuk Pariwisata Malaysia pada tahun 1999.
Sementara, saudaranya yang lain, Alwin Zecha, adalah pendiri sekaligus ketua eksekutif Pacific Leisure Group, sebuah perusahaan manajemen destinasi ternama dengan kantor di 38 negara. Selain itu, Alwin juga pernah menjabat sebagai anggota dewan serta ketua di berbagai organisasi, termasuk PATA.
Masa remaja Adrian dihabiskan di Amerika Serikat sebelum kembali ke Indonesia untuk bekerja sebagai jurnalis. Kariernya kemudian membawanya kembali ke AS, di mana ia bekerja untuk Time Magazine dan mendirikan beberapa majalah, seperti Asia Magazine dan Orientations.
Sebelumnya, Pada 1956-1957, kebijakan nasionalisasi perusahaan swasta yang diterapkan oleh Presiden Soekarno membuat keluarga Zecha harus meninggalkan Indonesia. Bisnis mereka diambil alih oleh negara, memaksa mereka untuk mengungsi ke Singapura, bahkan ada yang ke Belanda dan lainnya.
Pada tahun 1972, Adrian mulai terlibat dalam pengembangan Regent International Hotels. Ketidakpuasannya terhadap konsep hotel konvensional mendorongnya untuk menciptakan sesuatu yang lebih unik. Ia membayangkan hotel eksklusif dengan jumlah kamar terbatas, yang dapat dibangun di destinasi wisata terpencil tanpa mengganggu keindahan alam sekitarnya.
Impiannya terwujud pada tahun 1988 dengan mendirikan Hotel Amanpuri di Phuket, Thailand. Setelah kesuksesan Amanpuri, Adrian mendirikan Aman Resorts Group sebagai perusahaan induk untuk memperluas bisnis perhotelannya ke tingkat global.
Perusahaan tersebut berhasil mengembangkan 34 properti di 20 negara di seluruh dunia, termasuk Hotel Amanjiwo yang berlokasi di kawasan Borobudur, Magelang, Indonesia.

Pada tahun 2007, Adrian Zecha mengumumkan tengah menjalin perjanjian kemitraan dengan DLF Ltd, salah satu perusahaan real estate terbesar di India, untuk mengakuisisi saham pengendali Safe Resorts dengan nilai transaksi mencapai US$250 juta.
Kemudian, pada tahun 2013, DLF menjual perusahaan tersebut kepada perusahaan patungan investor real estate asal Rusia yang dipimpin oleh Vladislav Doronin.
Kerja sama tersebut tidak berjalan mulus. Secara mendadak, Doronin mengumumkan Adrian Zecha mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO Aman Resorts Group dan. Doronin pun menyatakan dirinya akan menjadi pengganti.
Namun, Pengadilan Tinggi London memutuskan Doronin tidak memiliki persetujuan dewan untuk memberhentikan Adrian Zecha sebagai CEO Aman Group, sehingga jabatan tersebut dikembalikan kepada Adrian.
Meski begitu, pada Maret 2016, Pengadilan Tinggi London menyelesaikan sengketa hukum antara Doronin dan likuidator Amanat, KPMG. Keputusan akhirnya memberikan kendali penuh atas Aman Resorts Group kepada Doronin.
Terletak di Desa Majaksingi, Borobudur, Hotel Amanjiwo dikenal sebagai salah satu holte paling mewah di Indonesia. Dengan tarif mencapai Rp85 juta per malam untuk suite terbaiknya, hotel ini menawarkan pengalaman eksklusif dengan pemandangan menakjubkan Candi Borobudur.
- Ternyata Bukan 10.000 Karyawan Sritex yang Di-PHK, Lebih Banyak Lagi
- Anggota DPR Usulkan Sunat Dana Pendidikan 20 Persen Untuk Pilkada Ulang
- Inilah Regulasi yang Dilanggar dan Sanksi Jika Terdapat Ketidaksesuaian Angka di Lapkeu Emiten
Dinamakan ‘Peaceful Soul’ karena ketenangan lokasinya di jantung Jawa Tengah, Amanjiwo menghadap ke Situs Warisan Dunia UNESCO Borobudur, kompleks candi terbesar di dunia.
Para tamu dapat menikmati beragam fasilitas premium, termasuk kolam renang pribadi, layanan butler pribadi, serta ritual spa tradisional. Keistimewaan yang ditawarkan Amanjiwo menjadikannya destinasi favorit bagi wisatawan kelas atas dan selebritas.