Siasat Jaga Keberlanjutan Bisnis dengan Model Crowdsourcing
- GDP Ventures berbagi informasi mengenai siasat untuk menjaga keberlanjutan bisnis yang menggunakan model crowdsourcing melalui acara diskusi Power Lunch dengan tema "Maksimalkan Pertumbuhan Bisnis dengan Model Crowdsourcing yang Efektif".
Tekno
JAKARTA – GDP Ventures berbagi informasi mengenai siasat untuk menjaga keberlanjutan bisnis yang menggunakan model crowdsourcing melalui acara diskusi Power Lunch dengan tema "Maksimalkan Pertumbuhan Bisnis dengan Model Crowdsourcing yang Efektif".
Acara ini menghadirkan narasumber ternama, yakni David Soong - CEO SweetEscape, Dimas Harry Priawan - Co-founder & CEO Dekoruma, dan Ardyanto Alam - CEO Garasi.id. Ketiga perusahaan ini merupakan bagian dari portofolio GDP Venture yang berhasil menerapkan model crowdsourcing dalam bisnis mereka.
Crowdsourcing sendiri adalah konsep bisnis yang sudah cukup dikenal di mana layanan, ide, atau konten diperoleh dengan meminta kontribusi dari banyak orang secara daring. Contoh sukses dari penerapan konsep ini di tingkat global adalah Airbnb.
- Perusahaan Migas Gazprom Rusia Terluka akibat Perang
- Kementerian ESDM Tetapkan ICP Mei 2024 Sebesar US$79,78 per Barel
- Uang Rp13 Triliun Muhammadiyah hanya Setara 0,04% dari Total DPK BSI
Memilih Mitra Secara Selektif
SweetEscape, platform layanan jasa fotografi oleh fotografer lokal, saat ini telah hadir di lebih dari 500 kota di lima benua dengan lebih dari 1.000 partner fotografer.
SweetEscape tidak hanya melayani klien retail dengan berbagai layanan foto seperti acara ulang tahun, pertunangan, liburan, bayi baru lahir, dan momen penting lainnya, tetapi juga telah merambah pasar B2B dengan menyediakan layanan foto produk, foto jajaran direksi dan manajemen, bahkan hingga video perusahaan.
Dengan beragam klien di seluruh dunia, SweetEscape harus selektif dalam memilih mitra fotografer untuk memenuhi kebutuhan klien.
David Soong, CEO SweetEscape, menjelaskan, selain menghasilkan foto yang bagus, partner Sweet Escape harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Mereka harus bisa berkomunikasi dengan anak-anak maupun klien yang datang dalam kelompok besar. Untuk pemotretan di luar negeri, fotografer kami sering kali juga berperan sebagai pemandu lokal dengan memberikan informasi tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, tempat makan, dan aktivitas yang bisa dilakukan.
“Oleh karena itu, mereka diwajibkan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dengan soft skills seperti ini, klien kami menjadi lebih puas dengan layanan yang kami berikan,” ujar David dalam acara Power Lunch, ditulis Jumat 7 Juni 2024.
Dalam menerapkan crowdsourcing secara efektif, perusahaan harus memiliki standar operasional yang jelas untuk memastikan kualitas yang konsisten dari para mitra kerja serta meminimalisasi risiko ketidakpuasan pelanggan.
Penerapan Standar Operasional yang Ketat
Ardyanto Alam, CEO Garasi.id, menjelaskan bahwa Garasi.id bekerja sama dengan bengkel-bengkel pilihan untuk memastikan layanan yang diberikan kepada pelanggan kami mempunyai kualitas yang sama.
“Kami menerapkan standar operasional yang jelas dan bisa diadopsi dengan standar operasional yang telah ada di bengkel tersebut. Tentunya supaya standar operasional kami bisa diterima dengan baik, kami memilih mitra bengkel yang memang kualitasnya tidak diragukan, seperti salah satunya selalu menggunakan komponen asli,” papar Ardyanto.
Saat ini Garasi.id menawarkan berbagai produk dan layanan seperti Warranty, Jasa Inspeksi, Jasa Servis, dan Asisten Darurat.
Mereka menawarkan layanan garansi mobil bekas yang mencakup komponen mesin dan transmisi selama satu tahun, dengan batas usia mobil 14 tahun dan klaim maksimal Rp20 juta pertahun.
Garasi.id juga menyediakan jasa inspeksi untuk pemeriksaan kendaraan atau mobil bekas yang akan dibeli, serta layanan servis mobil di rumah atau di bengkel mitra yang mencakup servis berkala, perawatan eksterior dan interior, serta perawatan AC.
Layanan bantuan darurat 24 jam untuk situasi seperti derek, ganti ban, kehabisan bahan bakar, dan kunci tertinggal juga tersedia.
Baca Juga: East Ventures: Kesenjangan Daya Saing Ekonomi Digital di Indonesia Makin Menurun
Penghargaan Atas Hak Cipta
Sementara itu, Dekoruma, yang didirikan pada tahun 2015 sebagai marketplace furniture, telah melakukan ekspansi bisnis dengan membuka jasa layanan desain interior hingga penjualan rumah.
Dalam menjalankan bisnisnya, Dekoruma bekerjasama dengan desainer-desainer interior yang mampu mengerjakan desain dengan gaya Japandi (Jepang dan Skandinavia), gaya interior khas Dekoruma.
Dimas Harry Priawan, Co-founder & CEO Dekoruma, menjelaskan mengenai hak cipta. Dikatakan olehnya, Dekoruma selalu mencantumkan nama desainer interior di setiap karyanya karena hak cipta adalah milik mereka.
“Ada salah satu desainer kami yang menjadi mandiri dari hasil kerja dengan kami dan membuka usahanya sendiri. Kami tidak merasa tersaingi dan sangat bangga, bahkan seringkali kami masih tetap bekerjasama dengan baik,” tutur Dimas.
Ia menambahkan, kelebihan dari Dekoruma adalah teknologi yang dinamakan Thudio by Dekoruma, di mana para desainer bisa langsung mengetahui estimasi biaya dari desain yang mereka kerjakan, sehingga bisa menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki oleh konsumen.
Memastikan Keuntungan Antara Perusahaan dan Mitra
David dari SweetEscape juga menambahkan bahwa model crowdsourcing ini tidak hanya menguntungkan perusahaan dalam hal efisiensi waktu dan biaya operasional, tetapi juga memberikan keuntungan bagi mitra crowdsourcing mereka.
“Mereka adalah tenaga kerja dengan modal yang tidak besar dan mendapat kompensasi yang adil sesuai hasil kerja mereka. Di SweetEscape, bahkan pekerjaan editing foto dilakukan oleh tim kami dibantu oleh Machine Learning untuk mempercepat waktu editing, sehingga fotografer hanya perlu fokus memotret tanpa merasa terbebani untuk melakukan editing yang menghabiskan waktu sangat banyak., " kata David.
Ardyanto pun mengungkapkan hal yang senada mengenai keuntungan model crowdsourcing bagi kedua belah pihak.
“Dengan membangun jaringan mitra yang luas, menerapkan standar yang jelas, memanfaatkan teknologi, dan berfokus pada kualitas serta kepuasan pelanggan, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan sukses. Contohnya seperti di Garasi.id, mitra bengkel kami mendapatkan keuntungan karena mobil yang warrantynya diperbaiki di bengkel tersebut bisa menjadi langganan untuk maintenance selanjutnya," kata Ardyanto.
- Komentar Bank BCA (BBCA) Usai Sahamnya Capai Titik Terendah Tahun Ini
- Mengintip Profil Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho
- Ormas Girang Dapat Jatah Tambang
Tidak Semua Bisnis Bisa Gunakan Crowdsourcing
Ardyanto menekankan bahwa tidak semua perusahaan dapat menerapkan model crowdsourcing. Model ini sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan keahlian khusus.
Ia pun menyampaikan bahwa model crowdsourcing tidak semudah yang terlihat. Walaupun menawarkan potensi pertumbuhan yang menjanjikan, namun diperlukan pendekatan yang strategis untuk menjaga keberlanjutan.
“Saya ingin menekankan bahwa tidak semua perusahaan dapat menerapkan model crowdsourcing. Model crowdsourcing sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan keahlian khusus. Jika diterapkan dengan hati-hati dan strategis, model bisnis ini bisa sangat ampuh untuk meningkatkan skalabilitas, inovasi, dan efisiensi,” pungkas Ardyanto.