<p>Ilustrasi pertambangan nikel milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) / Vale.com</p>
Korporasi

Siasat Vale Indonesia (INCO) Genjot Pendapatan dan Profit

  • Chief of Financial Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengatakan selama tiga tahun ke depan, kapasitas produksi perseroan sangat dipengaruhi oleh dua hal.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berupaya meningkatkan pendapatan sekaligus keuntungan di masa yang akan datang. Untuk itu, terdapat sejumlah faktor yang tengah menjadi perhatian perseroan untuk menggenjot produksi nikel dalam beberapa tahun ke depan.

Chief of Financial Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengatakan selama tiga tahun ke depan, kapasitas produksi perseroan sangat dipengaruhi oleh dua hal. Pertama adalah jadwal pemeliharaan utama di fasilitas pabrik pengolahan nikel perseroan.

Rencananya, perseroan akan akan mengeksekusi 4 pembangunan ulang tungku (furnace rebuild) yang ditargetkan rampung pada Mei 2022. Jika proyek ini rampung, pihaknya optimistis dapat meningkatkan total produksi pada tahun tersebut.

“Setelah furnace rebuild ini selesai, keempat tungku kami dapat bisa beroperasi normal kembali dan diharapkan membawa produksi kami kembali pada level sebelumnya,” ujarnya dalam paparan publik virtual, Rabu, 8 September 2021.

Selain itu, perseroan juga akan memperhatikan grade nikel yang diproduksi. INCO mempunyai inisiatif untuk mendapatkan grade nikel yang baik, salah satunya dengan melakukan high grading, yaitu dengan menaikkan cathode grade.

Pria yang akrab disapa Anto ini juga menyampaikan bahwa kenaikan harga minyak dan batu bara beberapa waktu terakhir berdampak pada biaya operasional perseroan. Untuk itu, pihaknya melakukan kontrol ketal terhadap penggunaan minyak dan batu bara di fasilitas pengolahan perseroan.

“Kami juga berupaya meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan hal-hal yang dapat menghambat produktivitas kegiatan operasional,” tambahnya.

Anto juga meyakini harga nikel dunia masih cenderung cerah untuk dua hingga tiga tahun ke depan. Dari sisi suplai dan permintaan juga masih menunjukkan sinyal positif. Bahkan, ia optimistis pasar nikel dunia akan mengalami suplus sebanyak 3 kilo ton hingga akhir tahun ini.

Tak sampai di situ, perseroan juga tengah mengeksekusi beberapa proyek di fasilitas smelter Sorowako, Sulawesi Selatan yang saat ini mampu memproduksi nikel mate sebanyak 8.000 ton. Dengan adanya proyek ini, diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi nikel mate perseroan.

“Jadi kita mengharapkan dengan mengoptimalkan produksi, mengontrol biaya dan harga nikel yang mudah-mudahan masih baik, kita bisa memaksimalkan pendapatan atau profit perusahaan,” pungkas dia.