SIDO Rajai Emiten Konsumer LQ45, Meski Jumlah Pemegang Sahamnya Turun
- Saham SIDO pada awal tahun ini diperdagangkan di kisaran Rp510 per saham, telah melonjak ke level Rp760 per saham. Artinya, sepanjang 6 bulan terakhir saham produsen KukuBima Ener-G! ini telah melenting 45%.
Bursa Saham
JAKARTA – PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menjadi satu-satunya emiten konsumer yang tergabung dalam Indeks LQ45 dengan kenaikan harga saham paling bergairah sepanjang 6 bulan terakhir.
Tidak main-main, dari total 7 emiten konsumer dalam Indeks LQ45, hanya SIDO yang menunjukkan performa energik sesuai dengan produknya. Sementara itu, saham konsumer lainnya malah menunjukkan performa negatif sepanjang 6 bulan terakhir.
Saham SIDO pada awal tahun ini diperdagangkan di kisaran Rp510 per saham, telah melonjak ke level Rp760 per saham pada perdagangan Kamis, 4 Juli 2024. Artinya, sepanjang 6 bulan terakhir saham produsen KukuBima Ener-G! ini telah melenting 45%.
- Sinyal Positif Saham Batu Bara Usai Pemerintah Siap Evaluasi Aturan Ini
- Akhir Drama Pembobolan PDN: Memalukan dan Menyedihkan
- Profil Hasyim Asy'ari, Meniti Karier dari Bawah dan Berakhir Memalukan
Menariknya, jumlah pemegang saham konsumer yang berkantor pusat di Semarang, Jawa Tengah ini, sepanjang bulannya selalu mengalami penurunan dalam 6 bulan terakhir. Data dari RTI Business menunjukkan bahwa pemegang saham SIDO pada 31 Januari 2024, mencapai 189.991 orang.
Sementara itu, per 30 Juni 2024, jumlah pemegang sahamnya tercatat hanya sebanyak 166.562 orang. Artinya, sepanjang 6 bulan terakhir, jumlah pemegang saham emiten bersandikan SIDO telah menyusut sebanyak 147.571 orang.
Saat ini, jumlah saham beredar SIDO mencapai 30 miliar saham, dengan mayoritas kepemilikan sebesar 77,60% dipegang oleh PT Hotel Candi Baru. Sementara porsi kepemilikan publik di saham ini sebesar 22,39%.
Pertanyaannya, mengapa jumlah pemegang saham SIDO terus menurun? Hal ini dapat dikaitkan dengan aksi profit taking oleh para investor. Pasalnya, dalam setiap bulannya saham produsen Tolak Angin ini terus mengalami kenaikan secara berkala.
Namun demikian, Mandiri Sekuritas merekomendasikan swing buy jangka pendek untuk saham SIDO dengan target harga Rp820 per saham, serta stop loss di level Rp730 per saham. Dengan demikian, investor berpeluang cuan sekitar 8%.
Fundamental
Dari sisi fundamental, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini SIDO berhasil menorehkan kinerja keuangan yang membanggakan dengan kenaikan laba bersih 30% secara tahunan menjadi Rp390,49 miliar.
Satu nafas dengan kenaikan laba bersih, SIDO juga sukses mendongkrak penjualan SIDO ke level Rp1,05 triliun. Angka tersebut berhasil melenting 16,10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan penjualan SIDO pada kuartal I-2024 didorong oleh kinerja gemilang di seluruh lini bisnisnya. Penjualan segmen jamu herbal dan suplemen meningkat 13,30% (year-on-year/yoy) menjadi Rp626,88 miliar.
Sementara itu, penjualan segmen makanan dan minuman SIDO mencatat kenaikan signifikan sebesar 19,76% (yoy) menjadi Rp396,11 miliar, sedangkan segmen farmasi mengalami lonjakan 30,63% (yoy) menjadi Rp30,42 miliar.
Berdasarkan neraca, total aset SIDO meningkat menjadi Rp4,25 triliun pada tiga bulan pertama 2024, dari posisi per 31 Desember 2023 sebesar Rp3,89 triliun. Liabilitas perusahaan naik menjadi Rp460,72 miliar, dibandingkan dengan akhir 2023 yang mencatat Rp504,76 miliar.
Di sisi lain, ekuitas SIDO mengalami peningkatan menjadi Rp3,79 triliun pada kuartal I-2024, dibandingkan dengan posisi akhir 2023 yang mencapai Rp3,38 triliun. Sementara itu, kas dan setara kas SIDO mengalami penurunan tipis sebesar 0,22% menjadi Rp1,101 triliun per 31 Maret 2024.