<p>Ilustrasi wirausaha. Dok: Pexels.</p>
Gaya Hidup

Simak 4 Tren Penting Wirausaha Ritel di 2021

  • JAKARTA – Krisis kesehatan global saat ini telah mengubah dunia ritel secara mendasar. Bisnis dari semua ukuran sedang berjuang untuk mengikuti perubahan dramatis dalam kegiatan sehari-hari dan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya. Belanja konsumen telah pulih ke lebih dari 90% tingkat pra-pandemi di AS, menurut Opportunity Insights, tetapi diarahkan ke area berbeda. Belanja […]

Gaya Hidup
Gloria Natalia Dolorosa

Gloria Natalia Dolorosa

Author

JAKARTA – Krisis kesehatan global saat ini telah mengubah dunia ritel secara mendasar.

Bisnis dari semua ukuran sedang berjuang untuk mengikuti perubahan dramatis dalam kegiatan sehari-hari dan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.

Belanja konsumen telah pulih ke lebih dari 90% tingkat pra-pandemi di AS, menurut Opportunity Insights, tetapi diarahkan ke area berbeda. Belanja di restoran, hotel, dan transportasi menurun, sementara toko bahan makanan dan hiburan rumah naik. Total belanja ritel untuk pekan yang berakhir 1 November sekitar 8% lebih tinggi daripada Januari.

Dalam situasi ini, ada peluang bagi wirausaha. Perilaku konsumen yang berbeda memicu peritel berlomba untuk beradaptasi melalui transformasi digital. Peritel juga mendiversifikasi mitra mereka untuk memenuhi permintaan konsumen baru.

Simak empat tren yang telah muncul bagi bisnis sukses di bidang ritel.

Mengurangi ruang fisik, meningkatkan variasi produk

Setahun terakhir, kehadiran fisik ritel telah berubah ke dalam bentuk, ukuran, dan pengalaman baru. Lebih banyak toko telah menjadi pusat pemenuhan; investasi dalam format fisik besar telah menurun; peritel lebih fokus pada produk khusus; dan pemasok lokal memperpendek rantai pasokannya.

Banyak peritel mencari mitra baru untuk menambah ragam produk atau memenuhi permintaan yang terpapar pandemi, seperti masker dan partisi.
Produsen dan pemasok yang ingin berhasil bermitra dengan peritel harus mengetahui syarat peritel atas informasi produk yang rinci dan akurat.

Data ini memainkan peran kunci dalam memastikan produk yang tepat tersedia tepat waktu saat konsumen membutuhkannya.

Menurut penelitian dari Salsify, hampir 70% konsumen mengatakan kurangnya informasi produk adalah alasan utama mereka meninggalkan halaman produk.

Lebih banyak urgensi untuk wawasan konsumen

Kondisi perubahan ritel saat ini juga merupakan peluang bagi perusahaan rintisan teknologi yang mendukung akses ke wawasan dan analitik pembelanja. Ada urgensi yang lebih besar untuk memahami dan mengantisipasi interaksi konsumen dengan produk.

Setiap interaksi langsung, karena mungkin jumlahnya lebih sedikit, perlu diperhitungkan dan digunakan untuk tujuan menarik konsumen dalam jangka panjang.

Perusahaan rintisan seperti Adrich, yang menyediakan analitik penggunaan produk secara real-time, membantu peritel dan merek memperkuat hubungan dengan konsumen.

Ia mengembangkan sensor tipis dan fleksibel yang dipasang di belakang label reguler produk, menciptakan putaran umpan balik bagi merek dan peritel untuk melacak interaksi konsumen dengan produk melalui cloud dan Bluetooth.

Peritel akan mengetahui kapan dan bagaimana konsumen menggunakan berbagai produk yang dapat membantu perencanaan inventaris, merchandising, dan promosi.

Cara baru mencoba produk

Teknologi augmented reality (AR) yang dapat mendukung pengalaman “coba sebelum Anda membeli” akan menjadi lebih umum. Saat ini, konsumen lebih memilih sedikit kontak dengan orang dan produk yang mungkin telah disentuh orang lain.

Meskipun tidak ada keraguan lebih banyak konsumen akan kembali ke toko karena pelonggaran protokol kesehatan, belanja online juga akan terus meningkat.

Sebuah survei Salesforce pada Mei 2020 menemukan, mayoritas orang di seluruh kelompok pendapatan berharap lebih banyak berbelanja online di masa depan, termasuk 71% dari mereka yang berpenghasilan tinggi.

AR sudah menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan sebelum pandemi dan menawarkan solusi untuk tantangan ritel saat ini. Menurut survei Nielsen 2019, sekitar setengah dari konsumen bersedia menggunakan AR untuk menilai produk.

Di masa pandemi ini, perhiasan, perancang busana, dan alas kaki menawarkan percobaan virtual baru. Mereka juga melihat pertumbuhan dalam aplikasi yang bisa membantu pelanggan berbelanja dari rumah atau lebih aman di toko.

GLAMlab Ulta diluncurkan pada 2016, tetapi penggunaannya sudah meningkat empat kali lipat dalam beberapa bulan terakhir. Sebab, aplikasi percobaan virtual itu menjadi bagian penting dari pembukaan kembali toko, ketika pelanggan tidak dapat lagi menguji riasan sebelum membeli.

Namun, AR terancam oleh maraknya data yang tidak lengkap dan tidak akurat yang tersaring melalui sistem peritel. Agar pengalaman produk virtual memberikan hasil yang sukses bagi peritel, informasi produk harus distandarisasi untuk memastikannya mengalir dengan lancar antara dunia fisik ke digital.

Peritel tidak hanya akan kehilangan waktu dan sumber daya untuk mencoba melacak informasi selama fase penyiapan, kepercayaan konsumen akan rusak jika atribut produk utama hilang atau tidak tersedia saat mereka menguji penawaran teknologi baru.

Wirausaha dapat mengharapkan permintaan berkelanjutan untuk solusi yang mengatasi tantangan data ini dan membantu peritel menciptakan pengalaman produk digital bagi pelanggan yang tidak dapat mencicipi produk fisik.

Pertumbuhan dalam keberlanjutan dan transparansi

Pembeli di seluruh dunia merasa lebih terhubung satu sama lain sebagai hasil dari pengalaman bersama pandemi. Accenture menyebut telah terjadi peningkatan konsumsi sadar dan keinginan untuk membeli lebih banyak secara lokal.

Banyak peritel meluncurkan inisiatif keberlanjutan dan melihat kembali dampak lingkungan dari rantai pasokan mereka. Pada Mei 2020, Walmart mengumumkan kemitraannya dengan penjual ulang pakaian ThredUP. Cara ini upaya menjawab kebutuhan dalam mengatasi pengetatan anggaran di antara konsumen yang terpukul parah oleh resesi pandemi.

Seiring dengan meningkatnya minat untuk menggunakan kembali, semakin banyak konsumen yang ingin memahami asal produk dan cara pembuatannya. Transparansi semacam ini mengharuskan merek, peritel, dan marketplace menyelaraskan persyaratan mereka untuk identifikasi produk yang unik.

Misal, kode batang dan nomor identifikasi otentik merupakan bagian penting dari peluncuran produk. Terutama bagi merek kecil yang memiliki peluang menjangkau khalayak lebih luas.

Covid-19 telah menciptakan titik perubahan dalam perilaku konsumen. Terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi saat ini, merek dan wirausaha kecil dapat melihat hal ini sebagai peluang. Keberanian mereka dalam menjelajahi wilayah yang belum dipetakan menjadi sangat penting bagi sektor ritel.

Kolaborasi yang ingin berhasil perlu berinovasi dengan cepat sambil mengingat aturan keterlibatan yang tidak dapat dipindahkan untuk ritel seputar standarisasi, kelengkapan, dan akurasi data.