Simak Bagaimana AI Bisa Atasi Perang Premi vs Klaim Asuransi di Tengah Inflasi Medis
- Di tengah maraknya kejahatan asuransi, Prudential juga menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi potensi penipuan dalam klaim.
IKNB
JAKARTA – Chief Operations & Health Officer Prudential Indonesia, Dian Budiani, mengungkapkan bahwa perusahaan asuransi global ini telah mengadopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai solusi menghadapi tantangan inflasi medis yang terus meningkat.
Dian menjelaskan lebih lanjut bagaimana AI digunakan untuk mempersonalisasi layanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan klaim dan mendeteksi potensi penipuan dalam proses asuransi.
Kolaborasi dengan Google untuk Pengembangan Teknologi Kesehatan
Prudential Group telah bekerjasama dengan Google dalam upaya meningkatkan dukungan terhadap teknologi kesehatan. Dian mengungkapkan bahwa salah satu implementasi awal dari kerja sama ini adalah penggunaan solusi AI untuk membantu tim di Prudential memproses klaim dengan lebih cepat dan efisien.
Menurutnya, salah satu kendala dalam pengelolaan klaim adalah volume data yang sangat besar, terutama dari nasabah yang telah lama menggunakan layanan Prudential.
“Misalnya, seorang nasabah yang telah bersama kami selama 10 tahun, mungkin memiliki 8 klaim. Kalau tim saya harus membuka satu persatu, itu akan memakan waktu. Namun, dengan AI, track record nasabah dapat diringkas sehingga mempercepat proses layanan,” ujar Dian dalam media briefing di Jakarta, Rabu, 25 September 2024.
- Bidik Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen, Intip Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
- Tokocrypto dan Binance Bantu Bareskrim Sita Dana Rp3 Miliar dari Kasus Penipuan Kripto
- Kolaborasi Bank DBS Indonesia dan Mirae Asset Hadirkan 1 Juta Investor Baru di Pasar Modal
AI untuk Memprediksi Pola Penyakit dan Biaya
Selain mempercepat proses klaim, Dian juga menyoroti kemampuan AI dalam mempelajari pola data kesehatan nasabah. Dengan data nasabah yang sangat banyak, Prudential dapat menggunakan AI untuk memprediksi pola penyakit yang mungkin timbul pada nasabah di masa depan.
“AI ini bisa mempelajari pola-pola penyakit. Misalnya, nasabah dengan profil tertentu dalam kurun waktu sekian tahun cenderung akan mengalami penyakit tertentu dengan biaya pengobatan yang bisa diprediksi. Ini membantu Prudential dalam mengantisipasi biaya medis yang mungkin timbul di masa depan,” papar Dian.
Deteksi Fraud Menggunakan AI
Di tengah maraknya kejahatan asuransi, Prudential juga menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi potensi penipuan dalam klaim. Dian menjelaskan bahwa AI mampu mengenali pola anomali yang tidak mudah terdeteksi oleh manusia.
“Kami sadar bahwa fraud masih ada di industri asuransi, dan AI membantu kami untuk men-spot pola-pola tertentu yang mencurigakan. AI bisa mendeteksi anomali yang mungkin luput dari pengamatan manusia, sehingga kita bisa fokus pada skenario-skenario yang mencurigakan. Dengan demikian, nasabah yang jujur akan tetap mendapatkan layanan terbaik, sementara anomali bisa diinvestigasi lebih lanjut,” kata Dian.
Menurutnya, penggunaan AI untuk mendeteksi anomali ini juga sangat penting agar Prudential tidak membayarkan klaim yang sebenarnya merupakan penipuan. “Tujuannya agar premi tidak terus meningkat bagi semua nasabah hanya karena adanya penipuan yang lolos,” tambahnya.
Otomatisasi dalam Memproses Klaim
Penggunaan AI di Prudential tidak hanya terbatas pada deteksi penipuan. Dian menjelaskan bahwa Prudential Indonesia memproses sekitar 30.000 klaim setiap bulannya, dan secara manual, hal ini hampir tidak mungkin dilakukan tanpa bantuan teknologi.
"Mustahil bagi tim kami untuk memproses ribuan klaim secara manual. Oleh karena itu, kami menggunakan AI yang dapat melihat data dari berbagai sisi, baik dari sisi nasabah, tenaga pemasar, rumah sakit, hingga dokter.
Misalnya, AI dapat membandingkan tingkat kekambuhan di satu rumah sakit dengan yang lain, atau memeriksa perbedaan catatan medis yang diberikan oleh dokter yang sama di dua rumah sakit berbeda,” jelas Dian.
Prudential bahkan dapat menggunakan AI untuk mendeteksi pola-pola unik dari nasabah. “Misalnya, AI bisa mendeteksi bahwa ada nasabah yang selalu mengajukan klaim berobat untuk ibu dan anak secara bersamaan. Ini tentu memunculkan pertanyaan apakah ada hubungan khusus atau hanya kebetulan. Hal seperti ini yang AI bantu kami untuk identifikasi,” kata Dian.
- Belajar dari Ambruknya Tupperware, Produk Andalan Ibu-ibu Indonesia
- Biaya Pemasangan PLTS di Rumah, Berikut Rinciannya
- Inilah Perusahaan-Perusahaan di Indonesia yang Memanfaatkan PLTS
Dian juga mengatakan bahwa Prudential memiliki Data Insight yang digunakan untuk menganalisis data dan mendeteksi anomali. Dengan Data Insight, Prudential dapat membuat keputusan yang berbasis data, termasuk dalam negosiasi dengan rumah sakit dan pemilihan dokter.
“Keputusan kami, termasuk dalam menentukan rumah sakit yang masuk dalam kategori PRUPriority Hospitals, selalu berdasarkan data historis. Kami menggunakan data analytics untuk mendukung keputusan, mulai dari memilih mitra rumah sakit hingga mendeteksi fraud. Jadi, semua tindakan kami berlandaskan data,” ungkap Dian.
Personalisasi Layanan Nasabah dengan AI
Dian juga menyebutkan bahwa Prudential sedang mengembangkan penggunaan AI untuk personalisasi layanan nasabah. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mengirim video yang dipersonalisasi kepada nasabah sesuai dengan profil masing-masing.
“Saat ini, mungkin kita belum sepenuhnya menggunakan AI untuk personalisasi. Namun, ke depannya, kami akan melihat bagaimana AI bisa membantu kami melayani nasabah dengan lebih baik. Misalnya, cara kami memberikan notifikasi kepada nasabah akan disesuaikan dengan profil mereka,” jelasnya.
Menurut Dian, di masa depan, AI akan berperan penting dalam menentukan cara Prudential berinteraksi dengan nasabah berdasarkan data dan profil unik masing-masing individu.