Layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 25 Oktober 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

Simak Proyeksi IHSG dan Prospek Sektoral Periode November 2021

  • Sejumlah analis pasar modal memaparkan proyeksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode November 2021, serta sejumlah sektor dan saham yang dinilai punya prospek baik pada bulan ini.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Sejumlah analis pasar modal memaparkan proyeksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode November 2021, serta sejumlah sektor dan saham yang dinilai punya prospek baik pada bulan ini.

Hendry Wijaya, Financial Educator Manager Sucor Sekuritas menyampaikan bahwa berdasarkan statistik, pergerakan indeks komposit pada periode November cenderung kurang baik. Sejak 10 tahun terakhir, hanya pada 2014, 2018, dan 2020, IHSG periode November mampu menguat.

Bagi dia, ada sejumlah sentimen negatif yang menjadi pemberat indeks pada bulan ini. Di antaranya adalah jatuhnya harga komoditas seperti batu bara, serta adanya tapering off yang akan dilaksanakan The Fed.

Di sisi lain, sentimen positif yang akan mengerek IHSG adalah relaksasi PPKM di DKI Jakarta dan beberapa daerah lain yang sudah masuk level 1. Kemudian, rekor baru PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 yang menunjukan adanya ekspansi lanjutan.

Selanjutnya, indeks keyakinan para CEO atau Indonesia CEO Confidence Index (ICCI) pada kuartal IV-2021 yang turut naik ke level 3,83, rekor tertinggi sejak kuartal II-2017. Terakhir, inflasi bulan lalu yang naik 0,12% month-on-month (mom), meningkat tajam bila dibandingkan dengan September yang membukukan deflasi 0,04%.

“Jadi, kalau IHSG turun pun saya rasa akan cukup terbatas, karena banyak sentimen positif yang bisa jadi alasan indeks naik,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Kamis, 4 November 2021.

Analis Pasar Modal sekaligus Founder Trading Seru, Indra Rangkuti menyatakan IHSG akan berada pada level resistance 6.666 – 6.730 dengan level support 6.300 – 6.452 selama November. Ia melihat adanya potensi transaksi saham dengan volume besar yang terjadi pada pekan ketiga dan keempat November . 

Menurutnya, hal ini mengakibatkan adanya peluang bullish, terutama pada saham-saham di sektor telekomunikasi, pertambangan, serta barang konsumen (consumer goods). Sehingga secara teknikal analisis dan intermarket analisis berpotensi besar memberikan dampak terhadap emiten lainnya. 

“Namun apabila ada sektor yang tidak begitu berkolerasi dengan sektor yang majority bullish, peluang bullish-nya bersifat temporary,” ucapnya saat dikonfirmasi.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina berpendapat bahwa IHSG pada November 2021 berpotensi melemah terbatas, disebabkan menguatnya indeks selama 5 bulan beruntun disertai kenaikan yang cukup tinggi. 

“Ada beberapa katalis negatif untuk bulan ini yang membuat kenaikan IHSG akan lebih terhambat sehingga ada potensi pelemahan. Target IHSG sendiri ada pada level 6.570,” tutur dia melalui webinar yang diselenggarakan Kamis, 4 November 2021.

Martha menjelaskan beberapa faktor penggerak indeks domestik pada bulan ini, di antaranya data perekonomian dari dalam dan luar negeri, rencana tapering The Fed yang akan dilakukan akhir bulan ini, lanjutan laporan keuangan emiten kuartal III-2021, dan adanya aksi window dressing.

Kinerja Sektoral 

Sejak 10 tahun terakhir, hanya pada 2014, 2018, dan 2020, IHSG periode November mampu menguat.. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Secara tahunan, lanjut Martha, kinerja sektoral kuartal III-2021 untuk sektor energi dan bahan baku, terutama yang berbasis komoditas lebih unggul dari sektor lainnya. Ini terlihat dari sisi top line maupun bottom line perusahaan.

Untuk sektor konsumer primer, walaupun ada kenaikan dari sisi pendapatan, namun laba bersih cukup tertekan. Hal ini diakibatkan oleh naiknya harga cukai rokok. Sedangkan dari industri makanan dan minuman dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas. 

“Sektor lain yang menunjukan pertumbuhan pada kuartal III-2021 adalah sektor kesehatan, karena memang sepanjang Juli – September 2021, sektor ini salah satu yang outperformed, baik dari operator rumah sakit atau dari sisi produk kesehatan,” ucap Martha.

Untuk sektor perbankan, secara tahunan masih membukukan kenaikan. Sedangkan, untuk sektor infrastruktur dan konstruksi sendiri masih mixed, baik PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) atau PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP). 

Untuk sektor pilihan bulan ini, Mirae Asset memilih sektor keuangan, industri, dan infrastruktur. Pertimbangannya adalah karena sektor keuangan dan industri menunjukan kinerja yang baik pada kuartal III-2021 dan karena adanya potensi pergerakan terbatas pada bulan ini.

“Kami memilih sektor-sektor yang lebih defensif, namun juga sektor yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Artinya, ketika pertumbuhan ekonomi bergerak, sektor-sektor ini yang akan diuntungkan,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Mirae Asset merekomendasikan saham perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Untuk sektor industri, ada saham ASII dan UNTR. Dari sektor infrastruktur, perusahaan sekuritas asal Korea Selatan itu menjagokan TLKM, ISAT, EXCL, TOWR, serta TBIG.