simpanse.jpg
Sains

Simpanse Ternyata Menggunakan Taktik Militer Ala Manusia

  • Sebuah penelitian menunjukkan simpanse menggunakan taktik militer kuno untuk mengambil keputusan dan menghindari bentrokan yang berpotensi fatal dengan kelompok lawan

Sains

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Para ilmuwan telah menemukan simpanse yang tinggal di Pantai Gading melakukan pengawasan terhadap satu sama lain untuk menghindari atau memicu konflik. Ini  seperti dalam operasi militer manusia.

Sebuah penelitian menunjukkan simpanse menggunakan taktik militer kuno untuk mengambil keputusan dan menghindari bentrokan yang berpotensi fatal dengan kelompok lawan.

Para peneliti mengamati dua komunitas simpanse barat ( Pan troglodytes verus ) di Afrika turun ke perbukitan untuk melakukan pengawasan satu sama lain. Mirip dengan misi pengintaian yang dilakukan oleh militer. Mereka kemudian menggunakan informasi tersebut untuk memutuskan kapan harus memasuki wilayah yang diperebutkan.

Banyak hewan yang mewaspadai bahaya di lingkungannya, namun ini adalah pertama kalinya para ilmuwan mendokumentasikan spesies non-manusia yang memanfaatkan dataran tinggi untuk menilai risiko dalam konflik territorial.

 “Ini benar-benar menunjukkan kemampuan metakognisi, yaitu kemampuan untuk merefleksikan pengetahuan Anda sendiri dan bertindak berdasarkan apa yang tidak Anda ketahui untuk mendapatkan lebih banyak informasi,” kata penulis utama penelitian Sylvain Lemoine kepada Live Science. Dia adalah  asisten profesor antropologi biologi di Universitas Cambridge.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Universitas Cambridge, penggunaan dataran tinggi adalah salah satu taktik militer tertua dalam peperangan manusia.

Simpanse hidup dalam komunitas yang bersaing untuk mendapatkan ruang dan sumber daya. Perilaku normal mereka melibatkan agresi terkoordinasi  termasuk sesekali pembunuhan.

Batasan antara komunitas simpanse tidak ditentukan secara pasti. Kehadiran  mereka sehari-hari di suatu wilayah adalah hal yang penting.  Lemoine menambahkan bahwa hal tersebut seperti hidup dalam keadaan peperangan yang konstan, berintensitas rendah, dan berskala kecil.

Studi baru ini mengamati dua komunitas simpanse tetangga yang dipantau oleh Proyek Simpanse Taï. Sebuah proyek penelitian dan konservasi yang berbasis di Taman Nasional Taï di Pantai Gading. Tim tersebut, bersama dengan siswa dan asisten lokal  mengikuti simpanse selama 8 hingga 12 jam per hari antara tahun 2013 dan 2016. Mereka menggunakan data GPS dan data perilaku.

Mendaki Bukit

Data menunjukkan  simpanse lebih cenderung mendaki bukit ketika bepergian ke perbatasan wilayahnya dibandingkan ke pusat wilayahnya. Saat berada di perbukitan ini, mereka beristirahat dengan tenang daripada melakukan aktivitas yang akan menghambat kemampuan mereka untuk mendengarkan.

Simpanse dalam penelitian ini lebih mungkin untuk maju dari dataran tinggi ke wilayah yang diperebutkan ketika saingan mereka berada jauh. Hal  ini menunjukkan  mereka menggunakan perbukitan untuk menghindari konflik.  Namun, mereka juga dapat menggunakannya untuk mencari peluang menyerang. 

Lemoine mencatat bahwa ketika anggota dari dua komunitas bertemu, keseimbangan kekuatan  merupakan faktor penting yang menentukan apakah salah satu pihak akan meningkatkan kekerasan. Simpanse tampaknya mampu mempertimbangkan untung dan ruginya keterlibatan mereka, dan bukit-bukit membantu mereka melakukan hal tersebut. “Mereka menggunakan titik tinggi untuk menemukan kondisi yang tepat di mana mereka dapat mengambil risiko – atau tidak – untuk menyerang,” kata Lemoine.