Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Obligasi

Sinyal Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Pasar Saham dan Obligasi Mulai Bergairah

  • The Fed diproyeksikan akan memangkas suku bunga acuan di bawah level saat ini sebesar 5,25-5,5%. Hal ini bakal menyengat pasar saham dan obligasi di Indonesia.

Obligasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed diproyeksikan akan memangkas suku bunga acuan di bawah level saat ini sebesar 5,25-5,5%. Sinyal pemangkasan suku bunga pada tahun ini sontak memberikan sentimen positif bagi pasar saham dan obligasi di Indonesia. 

Head of Investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja mengatakan, International Monetary Fund (IMF) IMF memproyeksikan ekonomi global tahun ini tumbuh 3,2%. Penopang utamanya adalah kawasan negara berkembang yang diproyeksikan tumbuh 4,2%, disusul oleh kawasan negara maju yang tumbuh 1,7%. 

"Menariknya, angka-angka ini lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang dirilis bulan Januari lalu, apalagi jika dibandingkan dengan kekhawatiran resesi global yang sempat mengemuka tahun lalu," ujar Freddy melalui keterangan resmi pada Selasa, 4 Juni 2024. 

Ia menjelaskan bahwa meskipun inflasi global telah menurun, bank sentral di seluruh dunia belum merasa nyaman untuk menurunkan suku bunga, karena mereka lebih memilih untuk menunggu keputusan The Fed. 

Di sisi lain, The Fed memberikan sinyal bahwa mereka masih perlu waktu untuk memastikan bahwa tren penurunan inflasi domestik benar-benar terjadi sebelum mereka memutuskan untuk memangkas suku bunga.

"Kondisi ini membuat pasar harus menyesuaikan kembali ekspektasinya terkait suku bunga, dan sempat meningkatkan volatilitas baik di pasar saham, pasar obligasi, maupun pasar mata uang, baik di seluruh dunia, Asia, hingga Indonesia," ujarnya.

Kemungkinan Naik Kecil

Namun, berita baiknya datang dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang mengumumkan bahwa meskipun suku bunga tidak akan turun sesuai dengan harapan pasar sebelumnya, kemungkinan kenaikan lebih lanjut sangat kecil.

Artinya, kemungkinan besar akan menuju pemangkasan suku bunga. Powell menekankan bahwa meskipun tertundanya pemangkasan suku bunga oleh Fed telah mempengaruhi sentimen jangka pendek secara negatif, namun fundamental-fundamental ekonomi Indonesia masih tetap terjaga.

Freddy bilang pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil, inflasi terkendali, persepsi risiko yang baik, dan pertumbuhan kredit yang sehat adalah beberapa di antaranya. Terlebih, setelah penundaan penurunan Fed Fund Rate, dolar AS dan imbal hasil US Treasury meningkat pesat. 

“Ditambah dengan ketegangan geopolitik pada April 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi sekitar Rp16.300,” jelasnya. Sebagai respons, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah antisipatif dengan menaikkan suku bunga acuan ke level 6,25%. Freddy menyatakan, 

"Upaya BI untuk menjaga nilai tukar rupiah dalam pasar obligasi, serta komentar terakhir Ketua The Fed mengenai Fed Fund Rate yang tidak akan naik ke depannya, dapat menjadi penopang dalam jangka pendek." katanya

Dampak Pasar Saham dan Obligasi

Perubahan ini mulai terlihat di pertengahan Mei 2024, ketika imbal hasil obligasi mulai menurun dan nilai tukar rupiah secara bertahap membaik. Menurut Freddy, ini konsisten dengan data historis, di mana penguatan nilai tukar rupiah dan penguatan pasar obligasi cenderung berjalan sejalan atau linear. 

“Sementara di pasar saham, fundamental ekonomi yang terjaga dan valuasi yang rendah memberikan peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dini untuk memanfaatkan kondisi di akhir siklus kenaikan suku bunga,” jelasnya. 

Selain itu, kata Freddy, arah kebijakan ekonomi dari pemerintahan baru serta komposisi kabinet yang kredibel juga dapat menjadi katalis positif bagi pasar saham ke depannya.

Dari lantai bursa, pada perdagangan sesi pertama Selasa, 4 Juni 2024,  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan kenaikan sebesar 1,33% dan mencapai level 7.129,51. Namun demikian, secara year-to-date (ytd) IHSG masih menunjukkan pelemahan sebesar 1,97%. 

Di sisi lain, pada perdagangan 3 Juni 2024, kemarin, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mengalami kenaikan sebesar 0,06% dan mencapai level 380,71. Meskipun demikian, yield obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan dan berada di kisaran 6,97%.