<p>Karyawan melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BRIS) Jakarta Hasanudin, Jakarta, Rabu, 17 Februari 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Fintech

Sistem Kena Ransomware, Pengamat Nilai BSI Tidak Siap

  • PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengalami serangan ransomware yang menimbulkan dampak serius pada sistem keamanan dan layanan perbankan. Pengamat menyoroti ketidaksiapan BSI dalam menghadapi tindak kejahatan siber tersebut.

Fintech

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengalami serangan ransomware yang menimbulkan dampak serius pada sistem keamanan dan layanan perbankan. Pengamat menyoroti ketidaksiapan BSI dalam menghadapi tindak kejahatan siber tersebut.

Pakar Keamanan Siber dan Forensik Digital Alfons Tanujaya mengungkapkan bahwa lama waktu pemulihan sistem yang berlangsung berhari-hari sebagai tanda ketidaksiapan BSI dalam menghadpi serangan ransomware.

"Handling crisis kurang siap dan kurang baik. Down sampai berhari-hari, artinya mereka tidak memiliki backup data dan sistem yang memadai. Hal ini menjadi indikasi bahwa BSI tidak siap menghadapi serangan ransomware," kata Alfons kepada TrenAsia Jumat, 19 Mei 2023,

Ketidaksiapan BSI dalam menghadapi serangan siber menimbulkan rentetan kerugian yang harus diterima. Seperti hilangnya kepercayaan publik dalam menggunakan layanan BSI atas adanya isu kebocoran data dari insiden tersebut

Namun, Alfons menyebutkan bahwa korban yang paling dirugikan atas insiden serangan siber oleh kelompok hacker Lockbit kepada BSI adalah nasabah.

"Kerugian terbesar dialami oleh nasabah. Dimana kalau benar data 15 juta bocor, artinya data transaksi itu sudah ada dan bisa disebar oleh lockbit. Harusnya itu amanah yang harus dijaga oleh bank," kata Alfons.

Kurang Transparan

Alfons turut menyoroti kurangnya transparansi dari pihak BSI terkait insiden kebocoran data. Ketidakmampuan BSI dalam melakukan negosiasi dengan pembuat ransomware juga disinggungnya sebagai bentuk ketidaksiapan BSI dalam menghadapi serangan siber.

"Kalau level ratusan triliun itu kan mesti ngertilah cara negosiasinya dengan pembuat ransomware. Kalau lobbynya, bagus saya pikir akhirnya tidak perlu terjadi seperti ini. Tapi itu jadi pelajaran saja," ungkap Alfons.

Diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, BSI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini masih terus melakukan pemantauan untuk menjamin data dan dana nasabah tetap aman saat menggunakan layanan.

"OJK bersama-sama dengan manajemen BSI terus melakukan pantauan terhadap dampak disrupsi pelayanan yang sudah kembali normal sekarang. Tentu untuk menjamin dan meyakinkan keamanan data maupun dana dari nasabahnya," kata Sri Mulyani dalam konfrensi pers Jum'at, 19 Mei 2023.