Perusahaan raksasa properti China, Evergrande Group, terancam gagal bayar utang hingga ribuan triliun. / Evergrande.com
Hukum Bisnis

Skandal Properti Terbesar China: Evergrande Gelembungkan Pendapatan Hingga Rp1.226 Triliun

  • Otoritas China menuduh perusahaan properti raksasa itu dan pendirinya, Xu Jiayin, telah menggelembungkan pendapatan hingga mencapai jumlah yang mencengangkan, yakni sekitar US$78 miliar atau sekitar Rp1.226 triliun (kurs Rp15.720) dalam dua tahun terakhir.
Hukum Bisnis
Muhammad Imam Hatami

Muhammad Imam Hatami

Author

BEIJING - Skandal keuangan mencengkeram salah satu pengembang properti terbesar di China, Evergrande, setelah otoritas keuangan negara itu mengungkap dugaan penipuan keuangan terbesar dalam sejarah negeri tersebut. 

Dalam temuan yang mengejutkan, otoritas China menuduh perusahaan properti raksasa itu dan pendirinya, Xu Jiayin, telah menggelembungkan pendapatan hingga mencapai jumlah yang mencengangkan, yakni sekitar US$78 miliar atau sekitar Rp1.226 triliun (kurs Rp15.720) dalam dua tahun terakhir.

Dilansir dari CNN Internasional, Rabu, 20 Maret 2024, menurut laporan otoritas setempat, Evergrande diduga telah memanipulasi data penjualan dengan menggelembungkan angka penjualan sebesar US$30 miliar atau sekitar Rp471 triliun pada tahun 2019, yang kemudian melonjak tajam menjadi US$48,6 miliar atau sekitar Rp764,16 triliun pada tahun 2020. 

Dampaknya, laba bersih perusahaan meroket signifikan, mencatatkan peningkatan sebesar 63% pada tahun 2019 dan 87% pada tahun 2020.

Skandal ini menjadi sorotan utama dalam pasar sekuritas China dan menimbulkan kekhawatiran yang mendalam terhadap praktik bisnis di industri properti. 

Sebagai tindak lanjut, otoritas China mengambil langkah tegas terhadap Evergrande dan para pemimpinnya. Evergrande diwajibkan membayar denda sebesar US$580 juta atau sekitar Rp9,1 triliun sebagai konsekuensi dari pelanggaran tersebut. 

Selain itu, Xu Jiayin, pendiri Evergrande, didenda sebesar US$6,5 juta atau sekitar Rp102,2 miliar dan dilarang terlibat dalam transaksi pasar sekuritas seumur hidup. 

Enam eksekutif senior Evergrande lainnya juga mendapat sanksi denda atas peran mereka dalam skandal ini. Tidak hanya itu, Xia Haijun, mantan wakil ketua dan CEO Evergrande, juga dilarang terlibat dalam pasar sekuritas seumur hidup. 

Langkah-langkah ini menegaskan keseriusan otoritas China dalam menegakkan aturan dan memberikan sinyal keras terhadap pelanggaran dalam industri ini.

Dampak dari penipuan ini sangat meresahkan, menghambat upaya restrukturisasi utang Evergrande dan menimbulkan ketidakpastian besar di pasar keuangan China. 

Bahkan, Xu Jiayin sendiri telah ditahan oleh otoritas China, sementara itu Evergrande diperintahkan untuk dilikuidasi.

Skandal Evergrande bukan hanya tentang kecurangan keuangan semata, namun juga menyoroti kebutuhan akan transparansi dan pengawasan yang lebih ketat dalam industri properti China.

Hal ini juga menjadi peringatan bagi para pelaku pasar tentang konsekuensi serius dari praktik bisnis yang tidak etis. Dengan demikian, kasus ini diharapkan menjadi titik awal bagi reformasi yang mendalam dalam regulasi bisnis di China.