<p>Emiten telekomunikasi milik Grup Sinar Mas PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) / Smartfren.com</p>
Industri

Skenario Terburuk Saham Fren Jika Gagal Merger dengan Hutchison 3

  • JAKARTA – Wacana merger antara dua operator seluler PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Hutchison 3 Indonesia kian tidak pasti. Masing-masing operator pun kini sudah mulai menyiapkan skenario terburuk seandainya aksi merger itu gagal. Wakil Direktur Utama Hutchison 3 Indonesia Danny Buldansyah mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan strategi jika skenario terburuk itu terjadi. Hutchison 3 […]

Industri

Fajar Yusuf Rasdianto

JAKARTA – Wacana merger antara dua operator seluler PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Hutchison 3 Indonesia kian tidak pasti. Masing-masing operator pun kini sudah mulai menyiapkan skenario terburuk seandainya aksi merger itu gagal.

Wakil Direktur Utama Hutchison 3 Indonesia Danny Buldansyah mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan strategi jika skenario terburuk itu terjadi. Hutchison 3 Indonesia, kata dia, telah menetapkan target konservatif tahun depan untuk tetap menjalankan bisnisnya,

Capital expenditure (capex) telah disiapkan sekitar US$200 juta. Nilai itu lebih kecil dibandingkan capex tahun ini yang mencapai US$300 juta-US$400 juta.

“Bukan apa-apa, karena kita 2-3 tahun terakhir membangun cukup agresif. Karena orang kan sudah membangun gedung banyak-banyak, masa bangun lagi. Waktunya memasarkan. kita fokus memaksimalkan yang kita punya,” terang Danny saat berbincang dengan TrenAsia.com, pekan lalu.

Danny mengungkapkan, kendatipun rencana merger tidak terjadi, maka 3 Indonesia masih bisa tetap beroperasi mengingat modal dan aset yang dimiliki cukup besar.

Meski begitu, dia tetap menaruh harap agar aksi merger ini bisa terlaksana supaya dapat memaksimalkan bisnis operator di masa mendatang.

“Ya mudah-mudahanan gini, para pemilik bisa melihat jangka panjang index future-nya setelah aksi merger ini akan positif sehingga bisa terjadi dengan waktu yang cepat,” kata dia.

Proyeksi Saham

Sementara itu, Deputy CEO Smartfren Djoko Tata Ibrahim enggan berkomentar lebih jauh mengenai aksi merger tersebut. Menurutnya, aksi merger itu adalah domein dari para pemegang saham dan bukan kewenangannya untuk menjawab.

“Saya enggak bisa komentar mengenai hal ini. Karena ini ranahnya shareholders. Minim info buat kita sebagai pelaksana,” kata Djoko melalui pesan singkat kepada TrenAsia.com, Rabu, 9 Desember 2020.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Smarfren bahkan mengaku tidak tahu menahu soal isu merger tersebut.

“Dengan ini perseroan menyampaikan bahwa perseroan tidak mengetahui rencana merger yang diberitakan tersebut,” tulis Sekretaris Perusahaan Smartfren James Wewengkang, Kamis, 10 Desember 2020.

Melihat aksi yang tarik-ulur dan kian tidak jelas itu, nasib saham Smarfren di pasar modal pun diprediksi bakal semakin ambyar. CEO Finvesol Consulting Fendy Susianto memperkirakan, saham FREN bakal kembali ke level gocap pada akhir tahun.

Menurut Fendy, jika aksi merger itu gagal, maka kemungkinan besar investor bakal kembali melihat kepada fundamental saham FREN. Artinya, rumor yang sempat mengerek saham FREN dari level gocap Rp153 per lembar pada Juli lalu akan habis efeknya dan menumbangkan optimisme investor terhadap peregerakan saham tersebut.

“Kalau rumor itu tidak terbukti, harga saham juga akan mudah untuk turun kembali,” tutur Fendy.

Sebaliknya, jika rumor itu terbukti dan aksi merger kian pasti, maka saham FREN bisa kembali ke level Rp120 per lembar di akhir tahun. Syaratnya, kedua perusahaan sudah mulai melakukan pembicaraan yang serius terkait aksi merger dan paling tidak sudah menyiapkan nota kesepahaman.

Sebagaimana diketahui, isu merger Smarfren dan 3 Indonesia memang sempat mengerek saham FREN ke level tertinggi sepanjang tahun Rp153 per lembar. Namun setelah isu mereda, saham FREN perlahan mulai tersungkur kembali hingga pada perdagagnan Senin, 14 Desember 2020 pukul 14:40 WIB mentok di level Rp77 per lembar.