Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto
Energi

SKK Migas Agresif Lakukan Pengeboran dan Investasi Demi 1 Juta Barel Per Hari

  • Portfolio Industri Hulu Migas RI hingga tahun 2029, telah memiliki 141 Proyek dengan total investasi US$36,25 miliar

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) semakin agresif untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bopd) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) pada 2030.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut, pihaknya telah mendorong peningkatan investasi untuk 2024 di mana ditargetkan tahun ini sebesar US$16,1 miliar atau berkisar diangka Rp242 triliun, yang artinya terjadi peningkatan investasi sebesar 17% dibandingkan tahun 2023 yang lalu.

"Artinya terjadi peningkatan investasi sebesar 17% dibandingkan tahun 2023 yang lalu, yang tercatat sebesar US$13,7 miliar atau sebesar Rp206 Triliun,"katanya dalam pembukaan Supply Chain & National Capacity Summit tahun 2024 pada Rabu, 14 Agustus 2024.

Tak hanya itu Dwi menyebut langkah pemboran pengembangan secara masif. Dimana pada tahun 2024 ini ditargetkan mampu mencapai 932 sumur, atau naik sebesar 388% dari realisasi tahun 2020 yang hanya mencapai 240 sumur.

Portfolio Industri Hulu Migas RI hingga tahun 2029, telah memiliki 141 Proyek dengan total investasi US$36,25 miliar atau setara Rp543 triliun, yang terdiri dari 6 Proyek Strategis Nasional dengan total investasi sebesar US$ 32,47 miliar atau sebesar Rp487 triliun, dan 135 Proyek Non PSN, dengan nilai total nilai investasi sebesar US$ 3,78 miliar atau sebesar Rp57 triliun.

Saat ini industri hulu migas juga menghadapi tantangan untuk mendapatkan informasi harga komoditas utama yang akurat di tengah fluktuasi harga dari waktu ke waktu akibat beragam faktor eksternal. SKK Migas meresponse ini dengan menerbitkan Buku Panduan Harga Komoditas Rig, Kapal dan OCTG mulai tahun 2022.

Adapun, SKK Migas menggelar Supply Chain & National Capacity Summit 2024 akan diselenggarakan di Jakarta pada 14-16 Agustus 2024.

Masih Menarikkah Investasi Migas RI?

Founder ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto  mengatakan, jika masih ada permasalahan lifting migas di Indonesia. Pertama adalah karena banyaknya sumur tua yang masih dipaksa untuk memproduksi sehingga kurang menghasilkan.

"Beda sih kalau dilihat dari menarik atau tidaknya investasi Indonesia meski ada sumur tua. Di semua dunia sumur tua itu pasti ada dan pasti ada masalahnya. Yang kita perlukan adalah lapangan baru," katanya kepada TrenAsia.com pada Senin, 12 Agustus 2024.

Sehingga menurutnya pemerintah harus menggenjot penemuan lapangan baru untuk menutupi gap penurunan produksi dari lapangan-lapangan tua terdahulu.

Hal ini dirasa bisa menarik investasi ke dalam Indonesia dan memberikan sinyal kepada investor jika menanamkan modalnya di Indonesia akan menghasilkan. Indonesia harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya untuk bisa memonetisasi investasi yang menghasilkan hingga siap produksi.

Menurut Agung, investor akan melihat daya tarik suatu investasi menurun jika risiko bisnisnya terlalu besar atau tidak kompetitif dengan negara lain. Maka ia menyarankan kepada pemerintah untuk segera memasifkan produksi migas di lapangan-lapangan jumbo yang digadang-gadang dapat menaikkan lifting tahun ini.