SKK Migas Akui Kinerja Sektor Migas Tak Optimal, Mengapa?
- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas nasional belum mendapatkan hasil yang optimal sesuai target yang telah ditetapkan.
Energi
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas nasional belum mendapatkan hasil yang optimal sesuai target yang telah ditetapkan.
Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala termasuk pandemi COVID-19. Kemudian reliability fasilitas produksi yang tidak optimal karena sudah tua sehingga sering terjadi kebocoran, keterlambatan membangun infrastruktur industri hulu migas dan sebagainya.
Kepala Divis Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan, bahwa seperti sektor bisnis lainnya, industri hulu migas sangat terdampak dengan adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan tidak hanya operasional hulu migas yang tidak optimal karena adanya pembatasan-pembatasan mobilitas.
Hal ini berpengaruh pada investasi hulu migas saat pandemi juga menurun sehingga terjadi GAP yang cukup signifikan dengan target investasi pada program long term plan (LTP) yang telah disusun.
- Tak Tebar Dividen, Ini Kata PT PP
- Alipay Ekspansi di Indonesia, Pemerintah Berharap Kembangkan EkonomI Digital
- Total Kontrak di IKN PTPP Tembus Rp11,23 Triliun, Kebut Rampung Agustus 2024
“Industri hulu migas memiliki cycle yang panjang sekitar 7 (tujuh) tahun sejak ditemukannya lapangan migas hingga dapat diproduksi. Ketika terjadi pandemi, dan investasi menurun tentu cycle akan bertambah panjang. Meski pandemi Covid-19 sudah berakhir, dampaknya terhadap kinerja dan operasional hulu migas masih dirasakan”, terang Hudi dalam keterangannya pada Kamis, 25 April 2024.
Hudi menambahkan bahwa beberapa lapangan yang menjadi kontributor produksi cukup signifikan memiliki fasiliitas yang sudah tua. Salah satunya, fasilitas di PHE ONWJ yang sudah ada sejak tahun 1966 dan terus digunakan hingga saat ini, atau sudah berusia sekitar 58 tahun.
Terkait langkah-langkah yang telah dilakukan oleh SKK Migas untuk menekan decline rate dan mengoptimalkan produksi migas nasional, Hudi menyampaikan bahwa SKK Migas dan KKKS terus meningkatkan kegiatan workover, well service, juga pemboran sumur pengembangan.
Hudi menyampaikan bahwa kegiatan tersebut terus meningkat dalam jumlah yang signifikan. Untuk kegiatan workover jika tahun 2021 terdapat 566 sumur, maka ditahun 2023 meningkat menjadi 834 sumur atau naik sekitar 47,3%. Begitupula kegiatan well service yang ditahun 2021 sebanyak 22.790 kegiatan, maka di tahun 2023 mencapai 33.412 atau naik 46,6% dalam waktu 3 tahun. Dia menambahkan untuk tahun 2024 workover ditargetkan 905 sumur dan well service 35.690 kegiatan.
Hudi menjelaskan upaya untuk menjaga produksi tetap optimal dilakukan pula dengan meningkatkan pemboran sumur pengembangan. Jika tahun 2021 realisasi pemboran sumur pengembangan sebanyak 480 sumur, maka dalam 3 tahun ditahun 2023 meningkat menjadi 799 sumur atau naik 66,5%.
Untuk mendorong tambahan produksi migas, saat ini SKK Migas sedang melakukan akselerasi penyelesaian proyek-proyek hulu migas yang ditahun 2024 ditargetkan dapat diselesaikan 15 proyek hulu migas yang akan memberikan tambahan produksi minyak sebesar 46.837 barel minyak per hari (BOPD) dan tambahan produksi gas sebesar 351 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 192 MT per D LPG.