SKK Migas Sebut Pengganti Rusia Di Blok Tuna Diputuskan April 2024
- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mengungkapkan pengganti perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft di Blok Tuna akan segera diputuskan pada April 2024.
Energi
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mengungkapkan pengganti perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft di Blok Tuna akan segera diputuskan pada April 2024.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyebut saat ini, proses keluarnya (farm out) Zarubezhneft dari Blok Tuna dalam tahap buka data dan sudah ada yang menyampaikan penawaran.
"Ada ketertarikan 14 perusahaan kalau tidak salah dari luar negeri nantinya mereka harus menyampaikan Maret dan April keputusan pengganti ZN ini," katanya saat ditemui di Kemententerian ESDM dikutip Senin, 5 Februari 2024.
- Butuh Uang? Simak Plus Minus Kredit Bank vs Pinjol
- Mau jadi Pengusaha Sukses? Ini 5 Hal yang Harus Dimiliki
- 15 Lagu Terbaik untuk Meningkatkan Produktivitas Versi Spotify
- HMD Bakal Mulai Bisnis Smartphonenya Sendiri, Nokia Kiamat Lagi
Sekedar Informasi, Blok ini dikenal sebagai blok yang kaya akan gas. Terletak di lepas pantai Natuna Timur itu dioperatori perusahaan migas asal Inggris Premier Oil Tuna BV (Harbour Energy Group) dengan hak partisipasi 50%. Zarubezhneft lewat anak usahanya, ZN Asia Ltd ikut memegang 50% hak partisipasi Blok Tuna.
Sebenarnya, pemerintah sebelumnya telah menyetujui rencana pengembangan alias Plan of Development (POD) Blok Tuna pada awal tahun 2023. Namun akibat sanksi yang dikenakan negara-negara barat terhadap perusahaan Rusia, Zarubezhneft juga turut kena imbas.
Adanya sanksi finansial yang dikenakan Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat sebagai reaksi atas perang Rusia di Ukraina, membuat Harbour tidak dapat melakukan transaksi maupun bermitra dengan perusahaan Rusia. Maka Zarubezhneft terpaksa harus mundur agar proyek dapat berjalan.
Blok Tuna sendiri diklaim memiliki peran strategis bagi geopolitik Indonesia karena terletak di perbatasan Vietnam dan dekat dengan Laut Cina Selatan. Adapun, Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi gas di kisaran 100 hingga 150 million standard cubic feet per day (MMscfd).
Selain itu, investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional juga ditaksir mencapai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun.