<p>Smart Farming: Solusi Tepat Bertani Sukses di Masa Kini. Foto: apacbusinessheadlines.com</p>
Info Pangan

Smart Farming: Solusi Tepat Bertani Sukses di Masa Kini

  • Apa itu Smart Farming? Kekinian, istilah ini sering menjadi perbincangan milenial. Ya, revolusi industri 4.0 mengharuskan semua kegiatan di muka bumi ini terkoneksi dengan sistem digital. Termasuk di sektor pertanian, digitalisasi pertanian dinilai menjadi solusi dalam mendorong berbagai upaya menjadikan produk pertanian yang berkualitas dan berlimpah. Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, tahun lalu membuat aplikasi […]

Info Pangan

demfarm

demfarm

Author

Apa itu Smart Farming? Kekinian, istilah ini sering menjadi perbincangan milenial. Ya, revolusi industri 4.0 mengharuskan semua kegiatan di muka bumi ini terkoneksi dengan sistem digital. Termasuk di sektor pertanian, digitalisasi pertanian dinilai menjadi solusi dalam mendorong berbagai upaya menjadikan produk pertanian yang berkualitas dan berlimpah.

Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, tahun lalu membuat aplikasi Smart Farming untuk menjawab tantangan digitalisasi revolusi industri 4.0. Aplikasi berbasis android ini bisa mempermudah kerja petani karena menggunakan Internet of Things (IoT).

“Jadi sederhananya IoT itu bisa dibilang mengomunikasikan benda-benda disekitar kita antara satu sama lain melalui sebuah jaringan internet. Aplikasi ini tentu saja mempermudah kerja petani kita” ujar Kepala BLK Lembang, Aan Subhan, di BLK Lembang, melansir okezone.

Aan mengungkapkan pihaknya akan menjalin kerja sama dengan pemerintah desa dan membuat desa percontohan smart farming. 

Penggunaan aplikasi smart farming terus disosialisasikan ke petani karena banyak manfaat yang didapat petani, ujar dia.

Manfaat Smart Farming, jelas instruktur BLK Lembang Iwan Hermawan yang juga tim inovasi di BLK Lembang nantinya petani Indonesia bisa mengontrol ladangnya melalui telepon pintar. 

“Jadi petani bisa memantau tanaman dan ladangnya dimana saja, kapan saja selama ada jaringan internet,” kata Iwan. 

Dengan aplikasi smart farming ini, lanjut Iwan, petani dapat melakukan penyiraman dan pemupukan dengan menekan tombol pada aplikasi smart farming di smartphone saja. 

“Tentu semua itu ada indikatornya di aplikasi sehingga kita tahu kapan harus menyiram atau memupuk tanaman,yang dapat dimonitoring pada aplikasi smart farming,” ungkapnya. 

Iwan menjelaskan manfaat IoT sangat banyak karena berhubungan dengan aktivitas sehari-hari untuk memudahkan kerja manusia. Misalnya ketika kita lupa mengunci pintu, mematikan AC atau perangkat elektronik lainnya semua bisa dilakukan dengan IoT di mana saja dan kapan saja. 

“IoT bekerja dengan menerjemahkan bahasa pemrograman yang sudah kita masukkan kedalam alat dari IoT tersebut,” papar Iwan. Alat yang dibutuhkan untuk membuat IoT adalah microcontroller. Ada banyak jenis microcontroller di, seperti arduino, raspberrypi, Intel Galileo dan beberapa lainnya yang dapat di beli langsung di toko elektronik maupun online.

Teknologi yang Membantu Meningkatkan Produktivitas Pertanian

Pertanian seperti disampaikan pemerintah dan stakeholder lainnya, merupakan salah satu sektor yang tetap tumbuh di masa pandemi COVID-19. Hal itu, tidak lepas dari bantuan sejumlah teknologi yang membantu industri pertanian.

Dengan adanya sejumlah teknologi pertanian yang berdampak positif bagi sektor nasional ini, petani juga bisa meningkatkan produktivitas dengan sejumlah bantuan teknologi. Seperti bantuan teknologi Transplanter hingga Instalasi pengolah limbah.

Pada laman Instagram @kementerianpertanian dipublikasikan sejumlah teknologi tepat guna untuk mendukung pertanian yang andal.

1. Transplanter

Teknologi ini direkomendasikan oleh Litbang Kementan RI untuk hal penanaman padi. Teknologi ini meningkatkan produksi padi hingga 30 persen.

2. Indo Combine Harvester

Indo Combine Harvester adalah alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi.

3. Mesin Pemilih Bibit Unggul

Mesin tersebut banyak digunakan perusahaan pembibitan untuk tahap seleksi bibit unggul. Misalnya digunakan pada pemilihan bibit unggul Jagung Hibrida.

4. Alat Pengering Kedelai

Alat pengering kedelai ini mampu mempersingkat waktu pengeringan yang biasanya dilakukan selama delapan hari dipersingkat menjadi satu hari.

5. Instalasi Pengolah Limbah

Dengan menerapkan teknologi instalasi pengolah limbah, limbah ternak dapat diubah menjadi pupuk organik. Ini menjadi nilai tambah bagi peternakan.

Lima teknologi pertanian tersebut, jika diimplementasikan secara tepat tentu akan sangat berperan dalam mendukung produktivitas komoditi pertanian di negeri kita. Dengan komoditi pertanian yang berkualitas dan melimpah akan mendorong kesejahteraan petani.

Peran Milenial Terhadap Sektor Pertanian Indonesia 

Regenerasi sektor pertanian tentunya sangat penting. Karena itu, generasi muda atau milenial hendaknya menjadi estafet petani, karena sejatinya kaum milenial mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.

Program pengembangan sektor pertanian dengan menyasar kelompok milenial dinilai menjadi solusi dalam upaya merealisasikan estafet petani dari generasi tua yang dengan keterpaksaan menjadi petani, ke generasi muda dengan segala kreativitas dan inisiatifnya memilih bertani sebagai gaya hidup atau passion.

Era revolusi industri 4.0, ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet. Sektor pertanian juga perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Pasalnya, pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. Ini juga yang jadi gagasan Bapak Presiden Jokowi.

Di era keterbukaan informasi pada pertanian 4.0, sistem informasi pertanian dan mekanisasi pertanian menjadi tools yang sangat strategis bagi institusi pendidikan di bawah Kementrian Pertanian yaitu Polbangtan dan PEPI dalam upaya menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap teknologi, yang siap terjun ke dunia kerja dan wirausaha agribisnis, berorientasi ekspor serta menjadi agents of changes dalam pembangunan pertanian, utamanya penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian.

Pengembangan sistem informasi pertanian (ICT, IoT, artificial intelligent) diperuntukkan bagi kepentingan penyebaran informasi baik secara internal maupun secara eksternal dengan maksud memberikan layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat dan kekinian yang dapat mendukung institusi dalam pengambilan keputusan.

Dekan Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. menyampaikan bahwa pertanian itu sejatinya menyatukan antara darat, lautan, dan udara yang kegiatannya meliputi dari lahan hingga sampai ke meja makan, Itulah mengapa kita tidak bisa membatasi keilmuan kita melainkan perlu menjadikannya sebagai pendekatan transdisiplin.

Intinya, pertanian 4.0, dibutuhkan keterhubungan dan keterpaduan bekerja sama yang terintegrasi sehingga nantinya pertanian 4.0 mampu menjadikan teknologi sebagai sarana yang memudahkan petani, bukan sekedar hiburan saja.

“Pertanian 4.0 bercirikan pertanian yang aktivitas dan atau proses bisnisnya harus melibatkan teknologi informasi dan jaringan internet yang menghubungkan semua unit operasinya dengan berbagai instrumen (sensor, satelit, drone) dan peralatan (robot dan mesin) yang memungkinkan itu semua bekerja secara sinergis, cepat, akurat dan cerdas berdasarkan data dan informasi relevan terkini. SDM yang kita miliki harus paham akan hal tersebut, sehingga peran dari generasi muda atau generasi milenial ini yang menjadi penggerak pertanian 4.0,“ ungkap Kudang, melansir jpnn.com belum lama ini.

Gegap gempita pertanian 4.0 harus diiringi kesiapan sumber daya manusia dan perubahan paradigma berpikir untuk terus maju membangun sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian rakyat, dan tulang punggung ekonomi masyarakat Indonesia.

Diperlukan komitmen bersama dan kuat untuk menjaga predikat bahwa lembaga pendidikan di sektor pertanian sebagai pencipta sumber daya manusia dengan lulusan yang siap menjadi tenaga kerja pertanian yang siap kerja (job seeker) maupun siap menjadi wirausaha pertanian (job creator), dan terjaga kualitas, kuantitas dan eksistensinya dalam rangka menyongsong era pertanian 4.0.