<p>Emiten telekomunikasi milik Grup Sinar Mas PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) / Smartfren.com</p>
Industri

Smartfren Milik Eka Tjipta Widjaja Resmi Konversi Utang Jadi Saham Rp3,4 Triliun

  • Emiten telekomunikasi Grup Sinar Mas milik mendiang konglomerat Eka Tjipta Widjaja, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) resmi menukar Obligasi Wajib Konversi (OWK) menjadi saham perseroan pada 22 September lalu senilai Rp3,4 triliun.

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Emiten telekomunikasi Grup Sinar Mas milik mendiang konglomerat Eka Tjipta Widjaja, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) resmi menukar Obligasi Wajib Konversi (OWK) menjadi saham perseroan pada 22 September lalu. Obligasi konversi yang dimaksud adalah OWK II 2014 dan OWK III 2017.

Manajemen FREN mengungkapkan, nilai saham yang dikonversi itu mencapai 34 miliar lembar dengan harga pelaksanaan Rp100 per lembar. Dengan angka tersebut, berarti perseroan telah mengonversi total sebanyak Rp3,4 triliun.

“Sebagaimana telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 14 Agustus 2020,” tulis Direksi Smartfren dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis 23 September 2020.

Sebelumnya, Presiden Direktur Fren Merza Fachys telah menyampaikan rencana konversi obligasi ini pada 16 September lalu. Porsi transaksi atas obligasi konversi tersebut mencapai 42,5% dari total 80 miliar saham OWK yang dimiliki Smartfren.

Presiden Joko Widodo bersama Komisaris Utama PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) Gandi Sulistiyanto dari Grup Sinar Mas, saat menghadiri acara perayaan Imlek di ICE BSD Tangerang, Banten / Smartfren.com
Kinerja Keuangan

Berdasarkan laporan keuangan FREN per Semester I-2020, diketahui bahwa FREN sebelumnya juga sempat berencana menerbitkan OWK senilai Rp8 triliun pada 2014 dan 2017. OWK 2014 dilego dengan nilai mencapai Rp3 triliun. Sedangkan OWK 2017 nilainya menyentuh angka Rp5 triliun.

Dari sisi kinerja, FREN tercatat masih mengalami rugi bersih sebesar Rp1,22 triliun atau membengkak 14% dibandingkan dengan tahun yang rugi senilai Rp1,07 triliun. Rugi bersih ini justru dicatat di tengah kenaikan pendapatan perseroan pada enam bulan pertama tahun ini.

Pada waktu yang sama, pendapatan FREN tercatat naik 42% dari Rp3,03 triliun pada tahun lalu menjadi Rp4,3 triliun tahun ini. Pendapatan ini bersumber dari bisnis jasa telekomunikasi data dengan nilai Rp3,91 triliun.

Pun demikian dengan pendapatan perseroan dari sumber nondata tercatat naik menjadi Rp226,53 miliar dari sebelumnya Rp131,98 miliar. Selanjutnya jasa interkoneksi yang menyumbang pendapatan Rp61,70 miliar, naik dari sebelumnya Rp20,58 miliar.

Meski begitu, beban perseroan rupanya masih terlalu tinggi untuk menutupi kerugian. Tercatat, beban bunga dan keuangan Smartfren bertambah jadi Rp416,18 miliar, rugi kurs Rp75 miliar, dan kerugian dari perubahan nilai wajar opsi konversi Rp36,52 miliar.

Pada perdagangan Kamis 23 September 2020, saham FREN ditutup melemah 2,60% ke level Rp75 per lembar dari sebelumnya Rp77 per lembar. Kapitalisasi pasar saham FREN mencapai Rp18,89 triliun.

Smartfren dimiliki oleh Grup Sinar Mas milik Eka Tjipta Widjaja. Berdasarkan perhitungan terakhir majalah Forbes pada penghujung 2018 atau sebulan sebelum pendiri Sinar Mas itu meninggal, almarhum masih tercatat sebagai orang terkaya nomor tiga di Indonesia.

Hartanya ditaksir mencapai US$8,6 miliar atau Rp121,1 triliun yang akan diwariskan kepada 15 anaknya dari dua pernikahan. Setahun kemudian, keluarga Eka Tjipta per akhir 2019, tercatat sebagai orang kedua terkaya di Indonesia. Kekayaannya ditaksir mencapai US$9,6 miliar atau setara Rp139,2 triliun. (SKO)