Pertambangan emas PT Freeport Indonesia (PTFI) di bawah Holding BUMN Tambang MIND ID / Ptfi.co.id
Industri

Smelter Freeport Rp43,8 Triliun Tak Kunjung Rampung, Menteri ESDM Geram

  • Pembangunan smelter Freeport ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2023 mendatang. Investasi dari proyek ini adalah senilai US$3 miliar.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah merancang pembangunan pabrik pemurnian tambang (smelter) senilai US$3 miliar setara Rp43,8 triliun (kurs Rp14.600 per dolar Amerika Serikat).

Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta proyek strategis pembangunan smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, dipercepat penyelesaiannya agar segera memberi manfaat nyata bagi bangsa Indonesia.

“Saya berharap proyek smelter PT Freeport ini bisa segera selesai. Kita akan terus mendorong ini karena jika ini selesai, kita tinggal mendorong industri hilirnya supaya bisa berkembang,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 September 2020.

Pembangunan smelter Freeport ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun dan direncanakan selesai pada akhir tahun 2023 mendatang. Investasi dari proyek ini adalah senilai US$3 miliar.

Usai mengunjungi lokasi proyek smelter Freeport Indonesia, Menteri ESDM selanjutnya mengunjungi lokasi Proyek Kilang Tuban, satu dari tujuh proyek kilang yang ditugaskan pemerintah untuk dibangun PT Pertamina (Persero).

Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, pada Sabtu, 21 Desember 2019. Kawasan TPPI tersebut akan dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional yang menghasilkan beragam produk turunan petrokimia dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM). Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Negara saat meninjau kilang TPPI adalah Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Selain itu hadir pula Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama, Presiden Direktur PT TPPI Yulian Dekrie dan Direktur Utama PT Tuban Petro Sukriyanto. / Foto: BPMI Setpres/Kris

Kilang Tuban Rp233,6 Triliun

Menteri ESDM juga menginginkan Proyek Kilang Tuban dapat dipercepat penyelesaiannya, karena sangat dinanti-nanti oleh pemerintah.

“Pemerintah juga terus mendorong percepatan Proyek Kilang Tuban. Saya berharap Proyek Kilang Tuban juga dapat berjalan sesuai jadwal yang telah direncanakan dan diharapkan. Selesai pada tahun 2026, bahkan diharapkan dapat dilakukan percepatan,” katanya.

Menteri ESDM juga mengapresiasi upaya-upaya yang dilakukan Pertamina dan Rosneft untuk mempercepat pembangunan kilang ini sesuai dengan waktu dan target yang sudah ditentukan.

Saat ini Proyek Kilang Tuban berada pada tahap studi Engineering/General Engineerging Design (GED). Sedangkan, progres overall Basic Engineering Design (BED) mencapai 51,56%.

Proyek Kilang Tuban merupakan proyek yang sangat strategis karena pembangunan kilang minyak akan terintegrasi dengan petrokimia. Kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300.000 barel minyak per hari dan produksi petrokimia mencapai 3.600 kilo ton per annum (ktpa).

Adapun nilai investasinya mencapai US$16 miliar setara Rp233,6 triliun. Selain itu, Kilang Tuban juga akan memproduksi BBM dengan kualitas Euro V yaitu gasoline sebesar 80.000 barel per hari dan diesel sebesar 98.000 barel per hari.

“Saya yakin proyek ini menciptakan multiplier effect yang sangat besar. Karena target Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang cukup tinggi. Yaitu minimal 40 persen, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 orang,” kata Menteri ESDM. (SKO)