Menteri BUMN Erick Thohir mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 30 Agustus 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Industri

SMS dan Telpon Sudah Tak Laku, Erick Beberkan Model Baru Bisnis Telkom dan Telkomsel

  • Menteri BUMN Erick Thohir membeberkan model baru bisnis PT Telkom (Persero) Tbk (TLKM) dan anak usahanya PT Telkomsel setelah melakukan refocusing.

Industri

Daniel Deha

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membeberkan model baru bisnis PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan anak usahanya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) setelah melakukan refocusing

Erick telah meminta kepada Direktur Utama Telkom Rieriek Adriansyah agar perusahaan telekomunikasi pelat merah itu tidak terjebak dalam bisnis yang lama. Apalagi, pendapatan dari layanan telepon dan pesan singkat sudah tidak bisa diandalkan.

"Telkom tidak boleh terjebak di sunset lagi industrinya. Di industri ini, layanan telepon voice dan SMS semua sudah nol," katanya dalam Orasi Ilmiah Globalization and Digitalization: Strategi BUMN Pasca Pandemi di Universitas Brawijaya, Senin, 29 November 2021.

Dia mengatakan bahwa Telkom ke depannya akan fokus pada business to business (B2B) atau services company, sedangkan Telkomsel fokus pada business to consumer (B2C) atau digital company.

"Karena itu ketika saya kritik Pak Dirut dan jajarannya sepakat sama saya merubah business model yang namanya Telkom akan ke B2B. Telkom akan fokus ke tower, fokus akan infrastruktur, fiber optic, data center, cloud dan 5G. Sementara saudaranya Telkomsel akan fokus ke B2C," terangnya.

Dia mengurai, beberapa fokus bisnis yang bisa digarap Telkomsel seiring globalisasi dan digitalisasi adalah dengan menyediakan layanan berbasis digital yang mulai diminati anak muda zaman sekarang seperti tontonan, game, dan banyak inovasi lainnya.

Menurut dia, sudah saatnya Indonesia menghentikan impor produk hiburan asing seperti game, drama Korea (drakor) dan lain-lain yang bisa mengancam nasionalisme di kalangan anak muda yang terus bertumbuh.

"Telkomsel dan Telkom menyediakan itu sekarang. Telkomsel kita posisikan sebagai enabler, agregator untuk konten lokal, game lokal, kreator lokal, fintech, healthtech, dan edutech," katanya.

Luncurkan Merah Putih Fund

Erick mengatakan bahwa pada pertengahan Desember nanti Presiden Joko Widodo akan meluncurkan program Merah Putih Fund yang dipersiapkan untuk mendanai perusahaan rintisan (start up) lokal.

Beberapa perusahaan BUMN yang mendukung Merah Putih Fund ini antara lain adalah Telkom, Telkomsel, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Namun, dia meminta agar perusahaan-perusahaan tersebut harus benar-benar merupakan buatan anak bangsa, dimana pendiri dan operasionalnya berada di Indonesia. Sehingga nantinya bisa melakukan go public atau mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Di situlah kita intervensi BUMN supaya future-future kreator Indonesia lebih nasionalis. Karena market kita bukan sekadar uang. Kita akan melakukan intervensi di digitalisasi," pungkas Erick.

Sebagai gambaran, Telkom baru-baru ini merilis laporan keuangannya yang memperlihatkan kinerja yang sangat positif.

Hingga kuartal ketiga tahun ini, perusahaan telah mencetak laba bersih Rp18,87 triliun, meningkat sekitar 13,13% year on year (yoy) dari tahun lalu Rp16,68 triliun.

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan pertumbuhan laba perusahaan ditopang oleh peningkatan pendapatan layanan Indihome, data dan kuota internet.

Pendapatan penyedia jasa telekomunikasi nasional ini tercatat mencapai Rp106,04 triliun pada kuartal III-2021, atau meningkat 6,1% dari tahun lalu sebesar Rp99,94 triliun.

Pendapatan dari layanan Indihome yang tercatat sebesar Rp19,54 triliun, meningkat dari tahun lalu sebesar Rp16,11 triliun. Sementara pendapatan dari layanan data, internet, dan jasa teknologi informatika juga ikut terkerek menjadi Rp60,25 triliun dari tahun lalu sebesar Rp55,45 triliun.

Namun, pendapatan dari layanan telepon tercatat menurun menjadi Rp12,76 triliun dari tahun lalu sebesar Ro15,14 triliun.

Dengan pertumbuhan pendapatan perseroan, pada kuartal ketiga laba bersih per saham perusahaan juga ikut meningkat menjadi Rp190,5 per lembar saham dari Rp168,37 per lembar saham tahun lalu.*