Soal Gas Rusia, Jerman Mulai Menyerah
- Salah satu perusahaan energi terbesar Jerman Uniper mengatakan sedang bersiap untuk membeli gas Rusia menggunakan sistem pembayaran yang diminta Rusia.
Nasional
BERLIN-Salah satu perusahaan energi terbesar Jerman Uniper mengatakan sedang bersiap untuk membeli gas Rusia menggunakan sistem pembayaran yang diminta Rusia. Langkah yang menurut para kritikus akan melemahkan sanksi Uni Eropa.
Uniper mengatakan akan membayar dalam euro yang akan dikonversi menjadi rubel. Ini memenuhi permintaan Kremlin untuk semua transaksi dilakukan dalam mata uang Rusia.
Perusahaan energi Eropa lainnya dilaporkan juga bersiap untuk melakukan hal yang sama di tengah kekhawatiran tentang pengurangan pasokan. Uniper mengatakan tidak punya pilihan selain mengatakan masih mematuhi sanksi Uni Eropa.
- Soal Gas Rusia, Jerman Mulai Menyerah
- Ragu Tinggalkan Kendaraan di Rumah? Cek 3 Tempat Penitipan Kendaraan Berikut Ini
- PLN Gandeng BNI Kembangkan Infrastruktur SPKLU
Mereka menganggap konversi pembayaran yang sesuai dengan undang-undang sanksi dan dekrit Rusia dimungkinkan.
Juru bicara perusahaan itu kepada BBC mengatakan bagi perusahaannya dan juga Jerman secara keseluruhan tidak mungkin untuk tidak menggunakan gas Rusia. Setiaknya dalam jangka pendek. “Jika dipaksakan itu akan memiliki konsekuensi dramatis bagi perekonomian negara,” katanya Kamis 29 April 2022.
Sementara itu pemasok energi terbesar Jerman RWE menolak berkomentar tentang bagaimana mereka akan membayar gas Rusia.
Pada akhir Maret 2022 Rusia mengatakan negara-negara yang tidak bersahabat harus mulai membayar minyak dan gasnya dalam rubel. Rusia melakukan ini untuk menopang mata uangnya setelah sekutu Barat membekukan miliaran dolar yang dipegangnya dalam mata uang asing di luar negeri.
Berdasarkan dekrit tersebut importir Eropa harus membayar euro atau dolar ke rekening di Gazprombank. Cabang usaha Gazprom yang berbasis di Swiss dan kemudian mengubahnya menjadi rubel di rekening kedua di Rusia.
Komisi Eropa mengatakan pekan lalu bahwa jika pembeli gas Rusia dapat menyelesaikan pembayaran dalam euro dan mendapatkan konfirmasi sebelum konversi ke rubel terjadi, itu tidak akan melanggar sanksi.
Namun pada hari Kamis, seorang pejabat UE mengkonfirmasi bahwa setiap upaya untuk mengubah uang tunai menjadi rubel di Rusia akan menjadi penghindaran sanksi. Hal ini karena transaksi tersebut akan melibatkan bank sentral Rusia.
Pada hari Selasa Polandia dan Bulgaria keduanya menolak untuk membayar gas dalam rubel. Sikap ini yang menyebabkan perusahaan gas negara Rusia Gazprom menutup pasokan.
Kedua negara itu juga telah merencanakan untuk tidak memperbarui kontrak mereka dengan Gazprom ketika mereka berakhir nanti pada tahun 2022.
Hungaria dan Slovakia keduanya secara terbuka mengatakan mereka akan menggunakan metode pembayaran konversi Rusia.
Eropa mendapatkan sekitar 40% gas alamnya dari Rusia, tetapi untuk beberapa negara jumlahnya jauh lebih tinggi dan pengurangan pasokan yang tiba-tiba dapat berdampak besar pada ekonomi.
Menurut Financial Times, raksasa energi Austria OMV juga berencana untuk mengadopsi mekanisme tersebut sementara Eni Italia sedang mempertimbangkan langkah serupa.
Namun kepada BBC Eni menolak berkomentar sementara OMV membantah telah membuka rekening di Swiss dengan Gazprom.