<p>Ilustrasi gerakan kerja dari rumah (work from home) dan jaga jarak sosial (social distancing) untuk mencegah penyebaran virus corona. / Pixabay</p>

Social Distancing Bikin Perusahaan Telekomunikasi Untung

  • Industri telekomunikasi sudah banyak pengalaman sejak bencana tsunami di Aceh pada 2004 silam dan sudah memiliki kemampuan antisipatif untuk menyesuaikan

Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Gerakan kerja dari rumah (work from home) dan jaga jarak sosial (social distancing) untuk mencegah penyebaran virus corona bakal menguntungkan perusahaan telekomunikasi.

Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan keuntungan industri telekomunikasi selama gerakan kerja dari rumah tidak akan bertahan lama.

Menurutnya, perilaku konsumsi internet yang tinggi di masyarakat hanya akan berlangsung selama jangka waktu pendek sampai keadaan berangsur normal dan masyarakat telah beraktivitas seperti semula.

“Mungkin dalam jangka pendek dan masa tanggap darurat iya, tapi tidak berkelanjutan untuk jangka panjang,” katanya dalam keterangan melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp, Selasa 17 Maret 2020.

Adapun sektor mendapat keuntungan lebih adalah vendor yang menjual perangkat seperti laptop, tablet, Router, dan WebCam. Selain itu, ia juga menilai tingginya trafik juga diiringi dengan desakan pada perusahaan untuk memaksimalkan fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) mereka.

Di tengah terbatasnya pergerakan masyarakat dan ketergantungannya pada internet, Ardi mengungkapkan internet dapat dijadikan senjata sosialisasi tentang stok pangan, pusat distribusi, dan informasi darurat.

“Gerakan potensi jiwa saling membantu dari masyarakat untuk bisa saling menolong dengan pemberdayaan internet dan aplikasi,” sebutnya

Dengan banyaknya orang bekerja dan belajar dari rumah, kebutuhan internet menjadi melonjak seiring dengan tingginya trafik pengguna internet di Indonesia. Meski demikian, ia mengaku keadaan darurat seperti ini bukan yang pertama dialami oleh industri telekomunikasi.

“Industri telekomunikasi sudah banyak pengalaman sejak bencana tsunami di Aceh pada 2004 silam dan sudah memiliki kemampuan antisipatif untuk menyesuaikan,” kata dia.

Ia menyarakan pemerintah untuk memberi perhatian lebih besar dalam optimalisasi infrastruktur agar tidak terjadi penurunan kualitas layanan internet bagi masyarakat. (SKO)