Softbank Desak Grab Segera Nego Merger dengan Gojek
CEO Softbank Masayoshi Son telah meminta pendiri Grab Anthony Tan, untuk menyudahi perang dan memulai negosiasi merger dengan Gojek.
Industri
JAKARTA – Kabar penggabungan atau merger dua perusahaan ride-hailing terbesar di ASEAN, Grab Inc., dan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek Indonesia) kembali beredar.
Melansir Bloomberg, Minggu, 18 Oktober 2020, CEO Softbank Masayoshi Son telah meminta pendiri Grab Anthony Tan, untuk menyudahi perang dan memulai negosiasi merger dengan Gojek.
Pemegang saham utama Grab tersebut berpendapat, aksi merger dapat mengurangi potensi bakar uang yang selama ini terjadi. Menurutnya, kedua perusahaan tersebut memiliki potensi besar.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Grab sendiri memiliki nilai valuasi sebesar US$14 miliar setara Rp206,7 triliun (kurs Rp14.766 per dolar Amerika Serikat). Grab menguasai delapan negara di Asia. Sedangkan dengan nilai US$10 miliar setara Rp140,7 triliun, Gojek telah menjalankan operasi di Indonesia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Persaingan Ketat
Selain itu, pertimbangan lainnya adalah kekhawatiran investor terhadap tingginya persaingan, khususnya dengan Sea Ltd. yang telah go public pada 2017 dan kini memiliki valuasi nilai mencapai US$82 miliar. Bahkan, salah satu e-commerce, yakni Shopee juga dikhawatirkan bakal menyusul sebagai daftar pesaing selanjutnya.
Saat ini, masing-masing pemilik perusahaan ride-hailing ini dikabarkan terus bernegosiasi terkait rencana tersebut. Selain Softbank, pemilik saham Grab ada Uber Technologies Inc., Tiger Global Management LLC, dan Toyota Motor Corp. Sementara itu, tercatat pemilik saham Gojek, yakni Google, Tencent Holdings Ltd., KKR, dan Warburg Pincus.
Meskipun demikian, aksi ini diperkirakan bakal menemui kesulitan. Pasalnya, visi dan misi kedua perusahaan sudah berbeda.
“Grab berharap Gojek bisa diakuisisi untuk menjalankan bisnis sebagai anak perusahaan,” kata sumber tersebut. Sebaliknya, Gojek menginginkan kolaborasi keduanya dapat dilakukan untuk menigkatkan pangsa pasar di tingkat regional Asia Tenggara.
Namun, hingga saat ini kedua belah pihak masih menutup diri untuk memberikan komentar. Regulator sendiri diperkirakan bakal menolak rencana ini, karena melihat potensi terjadinya monopoli akan lebih besar setelah keduanya bergabung. (SKO)