Dewi Kam pemilik saham minoritas PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
Bursa Saham

Sosok Dewi Kam, Seorang Perempuan Masuk Top 10 Miliarder di Indonesia

  • Dewi Kam memgumpulkan kekayaannya melalui kepemilikan saham minoritas kurang lebih 10% di emiten tambang batu bara raksasa PT Bayan Resources Tbk (BYAN).

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Nama Dewi Kam mungkin tidak banyak dikenal publik, namun ia berhasil mencapai posisi sebagai salah satu dari 10 besar miliarder di Indonesia. Menariknya, ia merupakan satu-satunya perempuan yang menduduki posisi tersebut.

Berdasarkan data Forbes Billionaire, per 15 Agustus 2024, kekayaan Dewi Kam ditaksir mencapai US$3,9 miliar atau setara dengan Rp61,07 triliun, menggunakan kurs Rp15.661 per dolar Amerika Serikat.

Dewi Kam disebut Forbes memgumpulkan kekayaannya melalui kepemilikan saham minoritas kurang lebih 10% di emiten tambang batu bara raksasa PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang kebetulan dimiliki konglomerat Indonesia lainnya, yaitu Low Tuck Kwong. 

Masuknya Dewi Kam ke dalam 10 besar orang terkaya di Indonesia tidak terlepas dari kenaikan signifikan harga saham BYAN pada akhir tahun 2022, yang mencapai Rp24.800 per saham, berdasarkan data TradingView. Sebelumnya, pada akhir tahun 2021, saham batu bara tersebut masih diperdagangkan pada level Rp2.560 per saham.

Lonjakan harga saham BYAN disebabkan oleh krisis energi pasca pandemi Covid-19 dan gangguan rantai pasok akibat invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2022. Hal ini mengakibatkan rata rata harga batu bara dunia di tahun itu melambung fantastis.

Tak mengherankan, BYAN, sebagai pemain keempat terbesar dalam industri batu bara di Indonesia, mencatat laba bersih sebesar US$2,17 miliar, melonjak 79% dibandingkan tahun buku 2021. Seiring dengan lonjakan laba bersih tersebut, kekayaan Dewi Kam juga meningkat pesat, mengantarkannya ke dalam daftar 10 orang terkaya di Indonesia pada tahun 2023.

Meski demikian, belum ada informasi mengenai kapan tepatnya Dewi Kam, yang lahir pada tahun 1951, mulai mengoleksi saham BYAN. Selain itu, jejak langkah bisnis perempuan yang kini berusia 74 tahun ini juga sangat jarang terdokumentasi.

Kiprah Dewi Kam

Satu-satunya sumber tertulis yang menyebut nama Dewi Kam berasal dari buku otobiografi Sukamdani Sahid Gitosadjono, pendiri jaringan Hotel Sahid, berjudul Memoar Sukamdani S.G (2001). 

Dalam buku tersebut, terungkap bahwa antara tahun 1993 dan 2001, atau saat Dewi Kam berusia 40 hingga 48 tahun, ia adalah seorang pengusaha Indonesia dengan kegiatan bisnis di Hong Kong dan China. Dewi Kam pernah menemui dan mendampingi Sukamdani Sahid selama kunjungannya ke Hong Kong.

Diduga kuat, bisnis Dewi Kam sejak awal berfokus pada sektor energi. Laporan dari Indonesia Corruption Watch (ICW) berjudul Siapa di Balik Pembangkit Listrik? (2020) memberikan rincian mengenai hal ini. 

Pada tahun 2006, Dewi Kam hadir dalam penandatanganan kontrak proyek energi senilai US$3,56 miliar antara Indonesia dan China dalam acara Indonesia-China Forum Energy II di Shanghai. Saat itu, ia menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Sumber Gas Sakti Prima.

Catatan dari Detik Finance (28 Oktober 2006) mengonfirmasi bahwa Dewi Kam mengelola proyek Coal Based Chemical Plant di Balocci, Sulawesi Selatan, dengan nilai US$687 juta. Laporan ICW juga mencatat bahwa Dewi Kam adalah pemilik PT Sumber Gas Sakti Prima dengan kepemilikan 91% saham bersama Richard Jasin.

Selain itu, Dewi Kam juga merupakan pemegang saham Birken Universal Corporation, Direktur Savill Universal Ltd di British Virgin Islands, dan pemegang saham Overseas Finance Ltd di Samoa.

Laporan ICW menyebutkan bahwa Dewi Kam juga merupakan nominee director di Execorp Limited, nominee shareholder di Portculis Nominees (BV) Limited, dan Sharecorp Limited, semuanya di sektor energi.

Melalui PT Sumber Gas Sakti Prima, Dewi Kam terlibat dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jepenonto di Sulawesi Selatan. Proyek ini dimulai pada 2014 dengan kapasitas 2x125 MW, melalui kemitraan PT Sumber Energi Sakti Prima (SSP) dengan PT Bosowa Energi.