Spin-Off ADRO Buka Pintu Lebar untuk Investor Baru
- Spin-off bisnis batu bara termal ADRO ini diperkirakan bertujuan menarik basis investor baru yang fokus pada aspek keberlanjutan dan nilai jangka panjang rendah karbon.
Bursa Saham
JAKARTA - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berencana melakukan spin-off 99,99% saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), unit usaha tambang batu bara termal, dengan nilai mencapai US$2,45-2,63 miliar. Langkah ini diperkirakan akan mengubah citra perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia.
Namun, Managing Director Energy Shift, Christina Ng, mempertanyakan apakah langkah ini benar-benar merupakan langkah besar menuju model bisnis yang lebih ramah lingkungan, atau sekadar strategi untuk memperbaiki citra perusahaan di tengah sorotan global terhadap isu keberlanjutan.
Christina menilai bahwa keputusan Adaro untuk melepaskan bisnis batu bara termal ini merupakan titik penting dalam lanskap energi Indonesia. Langkah ini sekaligus mengirimkan sinyal yang kuat kepada pasar domestik dan internasional, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang masih bergantung pada pendapatan dari batu bara, termasuk Adaro, juga merasakan tekanan dari transisi energi global.
- IHSG Hari Loyo ke 7.686,73, Cek Daftar Saham Tercuan
- LQ45 Menguat, BRPT dan BRIS jadi Saham Tercuan
- Usung Prinsip Keberlanjutan untuk HUT ke-8, Humpuss (HUMI) Gelar Fun Running bersama Karyawan
"Meskipun penjualan saham ini dikemas sebagai upaya untuk menyelaraskan dengan tren global, langkah Adaro akan mendapat pengawasan ketat, terutama karena pelepasan kepemilikan dilakukan melalui penawaran publik," jelasnya dalam keterangan resmi dikutip pada Senin, 24 September 2024.
Narasi Keberlanjutan
Christina juga bilang ini menjadi kesempatan bagi Adaro untuk menunjukkan komitmennya terhadap bisnis yang lebih berkelanjutan dan memperlihatkan kepemimpinan dalam divestasi yang bertanggung jawab. "Bagaimana Adaro menjalankan penjualan saham ini akan menentukan narasi keberlanjutan perusahaan di masa mendatang," imbuhnya.
Perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil saat ini berada di bawah pengawasan ketat terkait klaim 'hijau' mereka. Sebagai pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia—termasuk Adaro—berada di bawah sorotan global.
Spin-off bisnis batu bara termal ADRO ini diperkirakan bertujuan menarik basis investor baru yang fokus pada aspek keberlanjutan dan nilai jangka panjang rendah karbon. Namun, para investor ini tidak hanya menginginkan pelepasan operasi batu bara yang dianggap simbolis; mereka menuntut komitmen nyata terhadap keberlanjutan. "Ini akan menjadi tantangan bagi Adaro," ujar Christina.
Penawaran publik akan membuka peluang bagi berbagai jenis pemegang saham, menambah kompleksitas dalam proses pelepasan saham. Jika pembeli tidak berkomitmen untuk mengurangi emisi, hal itu bisa berdampak negatif pada Adaro.
Contoh dampak negatif pernah dialami raksasa tambang Australia, Rio Tinto dan BHP, di mana pelepasan bisnis batu bara tidak menghasilkan pengurangan produksi, tetapi hanya mengalihkan beban emisi karbon ke perusahaan lain.
Meskipun ADRO tidak dapat secara langsung mengendalikan siapa yang membeli saham dalam penawaran publik, perusahaan dapat memengaruhi proses ini dengan menargetkan investor dan institusi yang memiliki komitmen terhadap ESG dan transisi energi.
Risiko Greenwashing
Risiko terbesar yang dihadapi ADRO adalah potensi greenwashing, yaitu menjual aset batu bara tanpa memikirkan bagaimana aset tersebut akan dikelola. Jika pemilik baru lebih mengutamakan laba ketimbang tanggung jawab iklim, profil keberlanjutan ADRO akan terpengaruh.
"Penjualan aset batu bara hanyalah langkah awal. Yang paling penting adalah langkah selanjutnya dari Adaro," tegas Christina.
Sebagai raksasa batu bara yang telah mendiversifikasi bisnisnya, langkah ADRO terhadap sektor-sektor terkait batu bara, termasuk PLTU, serta penggunaan modal yang diperoleh akan diawasi secara ketat oleh investor.
Jika modal tersebut diinvestasikan dalam proyek energi terbarukan, penyimpanan energi, atau mineral kritis yang memenuhi standar keberlanjutan internasional, hal ini akan memperkuat pergeseran bisnis ADRO dari ketergantungan pada batu bara. "Penjualan saham ini bukan hanya transaksi finansial, tetapi juga ujian penentu bagi komitmen keberlanjutan Adaro," pungkasnya.