Ranil Wickremesinghe resmi ditunjuk sebagai Presiden Sri Lanka menggantikan Gotabaya Rajapaksa.
Dunia

Sri Lanka Minta Demonstra Kembalikan Harta Istana yang Dijarah

  • Sri Lanka meminta pengunjuk rasa kembalikan harta bersejarah istana yang dijarah.

Dunia

Bintang Surya Laksana

KOLOMBO - Sri Lanka meminta pengunjuk rasa kembalikan harta bersejarah istana yang dijarah. Kerusuhan setahun lalu didorong oleh pemerintah yang dianggap tidak bisa memimpin negara hingga mengakibatkan krisis di negara tersebut.

Kantor Presiden Sri Lanka menyebutkan lebih dari 1.000 artefak berharga dan barang-barang arkeologi hilang setelah pengunjuk rasa menjarah istana dan kediaman resmi perdana menteri ketika melakukan demonstrasi karena krisis ekonomi terburuk yang dialami negara tersebut.

Pada Juli 2022 lalu, para pengunjuk rasa menduduki kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa selama lima hari. Hal tersebut buntut dari memuncaknya krisis ekonomi di negara berpopulasi 22 juta itu. Puluhan ribu warga kemudian melakukan demonstrasi menentang pemerintah karena dianggap tidak mampu menyelesaikan krisis ekonomi terburuk di bawah presiden Gotabaya Rajapaksa dan menuntut pengunduran dirinya.

Dilansir dari The Independent, pada hari Minggu, 9 Juli 2023 lalu pihak pemerintah Sri Lanka merilis gambar lima lambang negara termasuk salah satunya Jorge de Albuquerque, gubernur Portugis ketujuh yang ditunjuk pada tahun 1622 untuk mengelola Sri Lanka. Gambar tersebut masih hilang yang diduga dijarah ketika demonstrasi tersebut.

Sekretaris Presiden, Saman Ekanayake, telah mengupayakan agar barang-barang tersebut diserahkan ke Sekretariat Presiden paling lambat 31 Juli mendatang. Ekanayake menyebutkan apabila barang belum dikembalikan, nantinya warga yang ketahuan akan dijatuhi hukuman karena kepemilikan properti negara secara tidak sah.

Pihak Sri Lanka menyebutkan, “berbagai artefak berharga dan barang arkeologi hilang, termasuk lambang yang terkait dengan mantan gubernur dan presiden Sri Lanka.”

Pada Maret lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan pinjaman senilai USD3 miliar atau Rp45,47 triliun kepada negara yang kekurangan uang. Hal tersebut menjadi tonggak penting bagi Sri Lanka yang mengalami kesulitan keuangan untuk menstabilkan ekonominya dan memulai proses restrukturisasi utang.