logo
Presiden Trump berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Ruang Oval.
Makroekonomi

Sri Mulyani Mulai Khawatir Perang Tarif Trump Menyerempet Indonesia

  • Saat ini hampir seluruh negara mengalami dampak aktivitas manufaktur yang dipengaruhi gangguan rantai pasok dan risiko pengenaan tarif impor ke AS, khususnya untuk bahan baku.

Makroekonomi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai khawatir dengan efek perang dagang lewat kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Menurutnya perang tarif ini mulai menyasar negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengan Amerika Serikat untuk dikenakan tarif impor tersebut. Indonesia termasuk dalam 15 besar negara dengan surplus, sehingga berpotensi terdampak secara signifikan.

Menkeu mengatakan, RI mulai waspada meskipun menurutnya manufaktur nasional berada pada fase ekspansi. Hal ini tercermin pada Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada Februari 2025 yang ekspansi di level 53,6 atau naik 1,7 poin dari bulan sebelumnya 51,9 pada Januari. Sebelumnya, pada periode Juli-November 2024, PMI manufaktur RI yang berada di bawah batas indeks 50.  

"Kita mengalami dampak kontraktif, tetapi rebound, global juga sudah mulai pulih, Indonesia pulihnya lebih tajam dan lebih cepat," kata Sri Mulyani dalam dalam konferensi pers APBN KiTa  dilansir pada Jumat, 14 Maret 2025.

Saat ini hampir seluruh negara mengalami dampak aktivitas manufaktur yang dipengaruhi gangguan rantai pasok dan risiko pengenaan tarif impor ke AS, khususnya untuk bahan baku.

Jika kebijakan tarif ini diterapkan, akan terjadi peningkatan biaya dalam rantai pasok sektor manufaktur dan digital. Biaya produksi dan logistik akan naik, mengingat banyak komponen dalam industri ini masih bergantung pada impor dan ekspor antarnegara.

Tak hanya itu, volatilitas harga komoditas yang terus bergejolak dalam beberapa minggu terakhir semakin memperumit keadaan.Perubahan ini juga memaksa negara-negara untuk mengevaluasi kembali strategi ekonomi mereka.

Menurutnya banyak negara yang sebelumnya merasa aman dengan konsep "friendshoring", di mana perdagangan dilakukan dengan negara sekutu kini mulai menyadari bahwa konsep tersebut tidak lagi dapat diandalkan.

Sri Mulyani menilai kegiatan manufaktur RI masih lebih baik dibandingkan negara-negara G20 seperti Brasil, Amerika Serikat, hingga China. Kendati demikian, dia tetap mendorong Indonesia untuk mewaspadai dampak dari perang ekonomi yang berlangsung.