Sri Mulyani: Perluasan PSBB Gerus Konsumsi Rp5.000 Triliun
Perluasan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diproyeksi akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020.
Industri
Perluasan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diproyeksi akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 hanya 2,97%. Dia mengatakan potensi pertumbuhan pada kuartal II-2020 akan makin berat akibat perluasan PSBB di Pulau Jawa.
Pasalnya, Pulau Jawa, terutama Jabodetabek merupakan wilayah penyumbang hampir 55% dari produk domestik bruto (PDB) dengan nilai taksiran mencapai Rp5.000 triliun dari total konsumsi nasional tahun lalu sebesar Rp9.000 triliun.
“Ini baru kuartal I, di mana PSBB baru saja diterapkan Maret minggu kedua. Bayangkan kuartal II akan seperti apa dengan rencana perluasan wilayah PSBB, dipastikan konsumsi akan drop makin dalam,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI secara daring di Jakarta, Rabu, 6 Mei 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut Menkeu, pemerintah tidak mungkin mensubstitusi hilangnya konsumsi akibat pandemi COVID-19, meskipun pemerintah telah mengeluarkan Rp405,1 triliun untuk berbagai stimulus, termasuk di dalamnya Rp110 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional.
“Tentu Rp110 triliun bantuan sosial itu tidak bisa mengganti yang hilangnya Rp5.000 triliun, itu hanya bantalan saja,” imbuh dia.
Oleh karena itu, Sri mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo fokus dalam upaya penghentian penyebaran COVID-19, yang tujuannya untuk mengindari masuknya situasi ekonomi ke dalam skenario sangat berat yaitu minus 0,4%.
“Kalau turun 10% saja ini sudah sangat besar, kita bicara angka ya. Jadi ini situasi yang kita hadapi jelang kuartal II. Padahal konsumsi menyumbang 57% dari PDB atau senilai Rp9.000 triliun, besar sekali.”
Sebagai informasi, pada Selasa, 5 Mei 2020, BPS merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2020 tumbuh 2,97% secara tahunan. Sementara, konsumsi rumah tangga hingga akhir Maret 2020 hanya 2,84%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,02%.
Dalam hal ini, proyeksi pertumbuhan ekonomi Sri Mulyani meleset cukup jauh. Sebelumnya, Menteri Keuangan sempat memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 masih bisa mencapai kisaran 4,5%-4,6% atau mulai di bawah 5%. (SKO)