Sri Mulyani Peroleh Utangan Rp15,3 Triliun dari Australia
JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati resmi menerima pinjaman dari pemerintah Australia sebesar AU$1,5 miliar atau setara dengan Rp15,3 triliun dengan tenor selama 15 tahun. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk mendukung pembiayaan anggaran Indonesia pada 2020 yang difokuskan pada pengelolaan krisis COVID-19 dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). “Dengan kemitraan yang strategis dan komprehensif […]
Industri
JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati resmi menerima pinjaman dari pemerintah Australia sebesar AU$1,5 miliar atau setara dengan Rp15,3 triliun dengan tenor selama 15 tahun.
Pinjaman tersebut akan digunakan untuk mendukung pembiayaan anggaran Indonesia pada 2020 yang difokuskan pada pengelolaan krisis COVID-19 dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
“Dengan kemitraan yang strategis dan komprehensif serta persahabatan yang kuat antara Australia dengan Indonesia, kami sangat terbuka lebar dengan dukungan yang diberikan,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 12 November 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Diketahui, pinjaman ini merupakan bagian dari pendanaan yang dipimpin oleh Asian Development Bank (ADB). Dengan pinjaman ini, kedua belah pihak sepakat bahwa intervensi fiskal di kedua negara adalah langkah yang tepat untuk mengatasi situasi krisis saat ini.
“Kami menghadapi krisis dan akan pulih bersama sebagai mitra. Dalam semangat kemitraan inilah kami mengumumkan pinjaman bilateral AU$1,5 miliar,” kata Bendahara Australia, Josh Frydenberg MP dalam kesempatan yang sama.
Sri Mulyani menambahkan bahwa saat ini, kolaborasi antarnegara menjadi sangat penting untuk bersama-sama keluar dari pandemi COVID-19. Pasalnya, kebijakan kesehatan dan ekonomi di seluruh dunia kini saling memiliki keterkaitan.
Frydenberg menambahkan dampak COVID-19 tidak dapat dianggap remeh karena ekonomi global saat ini telah mencetak rekor kontraksi yang baru. Walhasil, ia menilai kedua pemerintah harus berkomitmen untuk melindungi warga negara dari ancaman kesehatan.
Selain itu juga harus mengembangkan program untuk memberikan dukungan fiskal dan moneter yang penting bagi kehidupan dan mata pencaharian.
“Di masa yang penuh tantangan ini, kekuatan hubungan antara Australia dan Indonesia menjadi lebih penting dari sebelumnya. Kita semua harus berbesar hati dengan komitmen global termasuk melalui G20, untuk distribusi vaksin yang adil,” kata Frydenberg.